REPUBLIKA.CO.ID, SIT KWIN -- Hampir seratus Muslim asal Desa Sit Kwin dilaporkan menghilang. Diduga kuat hilangnya ratusan Muslim berhubungan dengan kekerasan sektarian yang terjadi di bagian Myanmar tengah.
Pada Jumat (29/3) silam, segerombolan pemeluk agama Budha menyerang berbagai tempat milik komunitas Muslim di Desa Sit Kwin. Sejumlah rumah, toko, dan masjid rusak berat. Pun dengan harta benda yang dimiliki kaum minoritas Muslim di Sit Kwin.
Salah satu saksi mata, Aung Ko Myint (24 tahun), supir taksi di Sit Kwin. "Kami tidak tahu dimana mereka sekarang. Pemilik toko itu sudah pergi sejak pagi, sebelum gerombolan itu sampai di sini," kata Aung Ko Myint mengenang penyerangan ke satu-satunya toko milik muslim yang terakhir di Sit Kwin, seperti dikutip Reuters (30/3).
Aksi penyerangan ini diduga dilakukan sekelompok pemeluk Buddha garis keras. Ajaran-ajaran mereka berasal dari gerakan yang dikenal dengan gerakan '969'. Sebenarnya tiga angka ini mewakili ajaran Buddha dan soal kebiksuan. Tapi yang terjadi, angka itu dimaknai secara radikal sebagai gerakan Anti-Islam. Mereka menolak dan menyerukan untuk memboikot toko-toko maupun layanan jasa yang dimiliki kaum Muslim di Myanmar.
Pernyerangan di Sit Kwin ini berawal dari serangan sekitar 30 orang yang mengendari motor. Sambil memasuki Sit Kwin, mereka memaksa warga di Sit Kwin untuk mengusir orang-orang muslim dari desa. Kemudian mereka menghancurkan sejumlah masjid, toko, dam rumah.
"Mereka datang dengan kemarahan yang luar biasa. Tapi kemarahan itu dikarenakan rumor belaka," kata salah seorang saksi mata. Dari dua ribu orang penghuni Desa Sit Kwin, 100 di antaranya Muslim.
Umat Muslim di Myanmar memang hanya sebesar lima persen dari 60 juta penduduk Myanmar, yang didominasi oleh pemeluk Buddha. Persebaran komunitas muslim pun menyebar, mulai dari Yangon, Mandalay, dan bagian tengah Myanmar. Rata-rata mereka sudah memeluk islam dari generasi ke generasi.