REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PSSI Hadiyandra menegaskan enam anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang melakukan Walkout pada Kongres Luar Biasa (KLB) 17 Maret 2013, berstatus sebagai exco terhukum.
Karena itu, enam Exco tersebut pun dilarang untuk mengikuti rapat Exco. Pada Jumat (5/4), PSSI akan menggelar rapat Exco untuk membahas beberapa persoalan. Salah satunya mengenai evaluasi Badan Tim Nasional (BTN).
Hadiyandra mengatakan, enam Exco dilarang hadir karena terkena skorsing hingga pelaksanaan kongres berikutnya. "Mereka (enam Exco) tidak diundang rapat.
Keenammnya tidak boleh hadir berdasarkan status mereka yang terkena sanksi lantaran WO dari arena kongres," kata Hadiyandra ketika dihubungi wartawan, Sabtu (30/3).
Hadiyandra pun meminta keenam Exco untuk tidak lagi meributkan masalah penjatuhan skorsing. Ia beralasan, penjatuhan sanksi sudah sesuai prosedur dan telah disetujui oleh para peserta kongres.
"Tak usah diperpanjang. Semua sudah jelas. Mereka mendapatkan skorsing usai KLB 17 Maret," ucap Hadiyandra. Hingga kini, enam anggota Exco yakni Sihar Sitorus, Bob Hippy, Farid Rahman, Tuty Dau, Farid Rahman, dan Widodo Santoso tidak terima dengan keputusan menjatuhkan sanksi berupa skorsing karena melakukan aksi WO.
Mereka pun telah mengirim surat kepada FIFA untuk menanyakan perihal keabsahan hasil-hasil yang dicapai di dalam kongres.
FIFA melalui Sekjen Jerome Valcke kemudian membalas surat tersebut dan menyebutkan hanya ada tiga hasil yang diakui. Yakni unifikasi liga, revisi statuta, dan pengembalian empat anggota Exco terhukum.
Bob Hippy mengatakan, penjatuhan skorsing dengan alasan WO adalah kesalahan fatal. Menurutnya, WO merupakan bagian dari forum demokrasi.
"WO adalah hak asasi, bukan suatu kesalahan," kata Bob melalui rilis kepada wartawan, Jumat (29/3). Bob menceritakan, WO juga pernah terjadi pada Kongres FIFA saat ada agenda pemilihan Presiden FIFA.
Saat itu, jelas Bob, 10 dari 46 delegasi negara asal Asia melakukan WO. Itu dilakukan sebagai bentuk empati terhadap Mohamed bin Hammam yang dihukum seumur hidup dan tidak boleh ikut keiatan sepak bola akibat diduga terlibat suap.
Selain itu, ucap Bob, pada tahun 1999 delegasi Asia juga pernah menggelar protes dan melakukan WO dari ruangan Kongres FIFA yang dilaksanakan di Los Angeles saat pemilihan tuan rumah Piala Dunia.
"Tapi, sampai kini, FIFA tak menjatuhkan skorsing kepada mereka yang WO tersebut. Jadi, skorsing pada KLB 17 Maret tidak benar," ucap Bob.
Bob meminta kepada semua pihak untuk merujuk surat terbaru FIFA tertanggal 22 Maret 2013. Surat itu menyebutkan bahwa FIFA hanya mengakui tiga hasil agenda KLB. "Tidak ada agenda lain yang disetujui FIFA. Termasuk penjatuhan skorsing kepada Exco yang WO," tutur Bob.