REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Beberapa demostran Palestina yang ada di Tepi Barat dan Jalur Gaza terluka ringan ketika bentrok dengan tentara Israel saat memperingati hari tanah ke-37, Sabtu (30/3).
Demonstran itu terdiri dari warga Palestina dan Israel keturunan Arab yang memperingati tewasnya enam warga Israel keturunan Arab akibat ditembak pasukan keamanan Israel pada 30 Maret 1976 silam karena menentang rencana Israel mencaplok dan menyita tanah di Galilea, Kota Sakhnin seluas 2 ribu hektare.
Tentara dan polisi Israel kemudian menyerang aksi penentangan tersebut. Saat itu, setidaknya 100 pengunjuk rasa mengalami luka-luka, dan 300 lainnya ditangkap militer Israel. Sejak itu warga Palestina memperingati setiap tanggal 30 Maret yang mereka sebut sebagai hari tanah.
Tapi demonstrasi itu tidak berjalan mulus. Situasi menjadi memanas saat demonstran melemparkan batu dan pasukan Zionis tidak tinggal diam. Bentrokan itu terjadi selama sekitar satu jam.
"Kami menggunakan gas air mata dan alat-alat yang tidak berbahaya untuk membubarkan para demonstran," kata seorang juru bicara militer Israel.
Ia menambahkan, tentara Israel berpatroli di perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza. Bahkan, ia melanjutkan, pasukan Israel menggunakan peluru tajam untuk membubarkan pengunjuk rasa yang mendekati pagar.
Sumber medis Palestina mengatakan, beberapa demonstran dirawat terutama karena menghirup gas air mata. Namun sebuah sumber rumah sakit Gaza mengatakan tidak ada yang terluka.
Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad memperingati hari itu dengan menanam pohon zaitun di daerah Tepi Barat. Sementara itu, ribuan orang berkumpul di Kota Sakhnin dan berunjuk rasa kepada anggota parlemen dan tokoh masyarakat setempat.