REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Belgia setuju menjual aset negara senilai 1 miliar euro untuk memenuhi target anggaran Uni Eropa, Sabtu (30/3) waktu setempat. Hal ini dilakukan agar Belgia tidak ikut tertarik ke dalam krisis utang zona Eropa seperti yang terjadi di beberapa negara di benua biru tersebut.
Dengan utang yang mendekati 100 persen dari output nasional (PDB), Belgia menjadi salah satu negara dengan keuangan publik terlemah di inti utara zona Eropa. Salah satu penyebabnya adalah kebuntuan politik yang berlangsung hampir dua tahun.
Belgia juga bergabung bersama beberapa negara lain yang gagal memenuhi target pendapatan dari Uni Eropa. Pelemahan pertumbuhan ekonomi menjadi kambing hitamnya.
Belgia juga akan menambah deposito senilai 1,434 miliar euro hingga 2013 untuk mengurangi defisit struktural negara. "Pemerintah mengulangi keinginannya untuk membawa keseimbangan struktural anggaran pada 2013," ujar Perdana Menteri Elio Di Rupo segera setelah keputusan diambil, seperti dilansir laman Reuters, Senin (1/4).
Komisaris Uni Eropa untuk urusan Ekonomi dan Moneter Olli Rehn memakzulkan defisit struktural Belgia yang lebih besar dari target, yakni 2,15 persen dari PDB. Namun Belgia harus segera menurunkan defisit strukturalnya menjadi 1,8 persen. Belgia juga harus terus mempertahankan utang di bawah 100 persen dari PDB serta mencapai keseimbangan anggaran struktural pada 2015.
Penghematan tambahan dapat dilakukan dengan serangkaian langkah besar seperti penurunan subsidi kereta api nasional sampai peningkatan pajak tembakau. "Dengan langkah-langkah tersebut kami meyakini stabilitas keuangan akan tercapai dan memperkuat item dasar yang diperlukan untuk keluar dari krisis," ujar Di Rupo.
Menteri Keuangan Koen Geens menolak menyatakan aset negara mana yang akan dijual untuk menekan krisis ekonomi. Belgia perlu mencari 1 miliar dolar euro untuk memastikan rasio hutang tidak menembus 100 persen dari PDB.
Belgia memegang 10 persen saham di bank Perancis BNP Paribas, 53,4 persen saham operator telekomunikasi Belgacom dan investasi di Royal Park Investment.
Ikuti Whatsapp Channel Republika