Senin 01 Apr 2013 21:09 WIB

Kesulitan Solar, Truk Kontainer Tanjung Emas Mogok

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Hazliansyah
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengusaha dan awak truk pengangkut kemas (kontainer) di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang (PTES), melakukan aksi mogok pada Senin (1/4).

Mereka masih menolak menggunakan bahan bakar solar non subsidi, menyusul dilakukannya pengendalian solar subsidi, hingga akhir tahun nanti.

Berdasarkan pantauan di lapangan, para awak puluhan truk kontainer memilih memarkir kendaraannya di jalan utama menuju Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS), kompleks Tanjung Emas.

"Kami tidak bisa mendapatkan solar subsidi karena di SPBU terbatas. Kalau harus menggunakan solar non subsidi, pengusaha angkutan juga belum mau," ungkap Junaedi (37), salah seorang sopir.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Pelabuhan Tanjung Emas, Slamet Riyadi mengakui, dampak pengendalian solar subsidi oleh pihak Pertamina masih akan dirasakan para pengusaha angkutan di PTES, hingga akhir tahun nanti.

Jika sampai angkutan kontainer pelabuhan tidak beroperasi, maka akan mengganggu aktivitas ekspor impor di pelabuhan ini. “Dampaknya akan lebih luar biasa,” tegasnya.

Aksi mogok kerja ini hanya berlangsung kurang dari dua jam, sebelum dibubarkan oleh kepolisian setempat. Karena dinilai tidak mengantongi izin aparat keamanan lingkungan pelabuhan.

Selain itu, truk kontainer yang diparkir hingga dua lajur jalan juga dianggap mengganggu kelancaran lalulintas akses masuk menuju terminal pemberangkatan penumpang dan PTES dan TPKS.

Kapolsek Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KP3) Tanjung Emas, AKP Fachrul Sugiarto, mengatakan, induk organisasi para pengemudi tidak membenarkan adanya rencana aksi mogok.

"Aksi pemogokan ini ilegal, sehingga harus dibubarkan. Apalagi, isu kelangkaan ini juga sudah berlangsung bebeberapa hari lalu, kenapa baru aksi sekarang," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement