REPUBLIKA.CO.ID, SUNDERLAND -- Penunjukkan Paolo Di Canio sebagai pelatih anyar Sunderland langsung menjadi pembicaraan hangat, terutama setelah wakil Chairman Sunderland David Miliband mengundurkan diri dari jabatannya karena tidak sepakat atas pemilihan juru taktik asal Italia itu.
Miliband masih teringat akan pernyataan Di Canio ketika masih menjadi pemain pada 2005. Dalam wawancaranya dengan agensi berita ANSA, mantan penyerang Lazio itu pernah menyebut dirinya seorang fasis. Di Canio juga pernah mendapat sorotan dengan selebrasi 'hormat satu tangannya'. Pernyataan politik Di Canio menjadi salah satu faktor utama pertimbangan Miliband untuk meninggalkan posisinya di Sunderland.
Karena pernyataan di masa silam, Di Canio mendapat tuduhan miring sebagai seseorang yang berperilaku rasis. Penilaian yang kembali mengemuka saat dirinya ditunjuk untuk mengisi kursi kepelatihan Sunderland menggantikan Martin O'Neill yang dipecat akhir pekan lalu. Di Canio tidak menerima tuduhan itu dan menyatakan pembelaannya.
"Berbicara mengenai rasisme? Itu sangat bodoh, bodoh, dan konyol," katanya seperti dilansir laman resmi klub, Senin (1/4).
Di Canio merasa jengah dirinya harus selalu membela diri setiap berganti klub karena pernyataan masa silamnya. Pelatih berusia 44 tahun itu menyanggah dirinya sebagai seorang yang menganut paham rasisme. Selama ia berada di Inggris, ia mengatakan berteman akrab dengan mantan rekan setimnya, Trevor Sinclair, dan Chris Powell, yang saat ini menjadi pelatih Charlton Athletic (maaf, keduanya berkulit hitam).
"Mereka bisa mengatakan semuanya tentang karakter saya," katanya.
Menurut Di Canio, dirinya hanya mengungkapkan pendapatnya pada wawancara masa silam itu. Namun, ia mengatakan, media menyorotinya dari sisi negatif. Sekarang ini, Di Canio ingin menyudahi perdebatan yang ada dan fokus pada pekerjaan barunya. Ia tidak ingin lagi berkomentar tentang politik karena berada di luar 'wilayahnya'.
"Kita tidak berada di Gedung Parlemen, kita di klub sepak bola," ujar pria kelahiran Roma, Italia itu.