REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Presiden Myanmar, Thein Sein mengklaim konflik yang terjadi di Myanmar bukan merupakan kerusuhan rasial atau antaragama. Menurutnya, konflik terjadi karena ada perubahan menuju demokrasi.
Pernyataan itu disampaikannya kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa di Istana Kepresidenan Myanmar, Selasa (2/4). "Tadi sudah dijelaskan, itu bukan suatu kerusuhan rasila tapi lebih pada satu perubahan, layaknya sebuah negara yang sedang bertransformasi untuk maju," ujar Hatta.
Presiden Myanmar juga menyatakan konflik sudah dapat ditangani. Masalah keamanan tersebut dinilai Hatta juga tidak akan menggangu rencana investasi perusahaan Indonesia di Myanmar. "Mereka sudah memiliki undang-undangna, jadi menurut saya jangan khawatir (soal keamanan)," kata Hatta.
Sebelumnya, kerusuhan antarsuku Rakhine dan Rohingya pecah pada 2012. Puluhan orang tewas, sementara ribuan suku Rohingya yang merupakan warga Muslim terpaksa melarikan diri dari Myanmar.
Kerusuhan kembali terjadi pada pertengahan Maret 2012 di Meikhtila, wilayah Mandalay, Myanmar Utara. Sedikitnya 43 orang tewas dalam kerusuhan tersebut.