Selasa 02 Apr 2013 21:35 WIB

Anak-anak Autis Berbagi Bunga di Titik Nol Yogyakarta

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Djibril Muhammad
anak dengan autis. ilustrasi
Foto: etsy
anak dengan autis. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekitar 35 anak autis dari sekolah khusus autis Bina Anggita Yogyakarta dengan didampingi para guru dan orangtua membagi-bagi bunga kertas di titik nol kota Yogyakarta, Selasa (2/4).

Mereka berangkat dari sekolahnya di Wonocatur, Banguntapan Bantul dengan menggunakan andong. Selama hampir dua jam anak-anak berada di sekitar titip nol.

"Setelah membagi bunga dan bermain gamelan anak kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Peduli Penyandang Autis.  Dengan kegiatan ini diharapkan  masyarakat peduli pada anak autis dan mengetahui bahwa anak autis itu istimewa," kata Kepala Sekolah Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Hartati.

Mereka terbagi menjadi tiga kelompok, yakni ada yang membagi bunga di depan kantor Pos, di depan BNI serta bermain gamelan dan menyanyi di depan Monumen SO 1 Maret. Anak-anak yang bermain gamelan sudah hafal dari tak perlu membaca teks seperti halnya Ghana.

"Mereka kalau bermain gamelan (red. karawitan) begitu menjiwai dan bisa konsentrasi. Kalau tidak sedang bermain gamelan mereka akan lari ke sana-kemari. Dengan bermain musik, anak autis bisa melakukan pengendalian diri dan emosi. Karena itu gamelan merupakan salah satu alat yang kami gunakan sebagai terapi anak autis," bebernya.

Menurut Hartati, Sekolah Bina Anggita merupakan satu-satunya sekolah khusus autis di Indonesia yang memiliki program ekstrakurikuler karawitan bagi anak berkebutuhan khusus. Hal ini menunjukkan anak autis pun dapat dilatih dengan baik sama seperti anak normal.

Dia mengungkapkan anak autis itu sekitar 30 persen IQ-nya di atas rata-rata dan sekitar 70 persen IQ-nya di bawah rata-rata. Karena itu anak-anak bila bermain gamelan atau bernyanyi hanya mendengarkan sekali langsung bisa dan tanpa menghafalnya.

Saat ini murid di sekolah khusus autis  Bina Anggita ada 45 anak, tetapi yang ikut kegiatan ini hanya sekitar 35 mereka, sedangkan gurunya ada 18 orang. Mereka  dari Playgroup hingga SLTA.

Para siswa tersebut bukan hanya dari DIY, melainkan juga luar DIY bahkan Kalimantan. Karena jumlah guru tersebut, maka jam belajar siswa ada yang kelas pagi (pukul 07.30-11.30) dan kelas siang (pukul 12.00-16.00). 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement