Rabu 03 Apr 2013 15:51 WIB

Ini Tiga Jenderal TNI yang Berpeluang Jadi KSAD

 Personel TNI AD melakukan persiapan pameran Alutsista TNI Angkatan Darat di lapangan Monas, Jakarta, Kamis (4/10). (Edwin Dwi Putranto/Republika)
Personel TNI AD melakukan persiapan pameran Alutsista TNI Angkatan Darat di lapangan Monas, Jakarta, Kamis (4/10). (Edwin Dwi Putranto/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati berpendapat ada tiga nama yang berpangkat bintang tiga berpeluang menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) untuk mengatakan KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo yang akan memasuki masa pensiun pada Mei 2013 nanti.

Tiga nama yang berpeluang besar menjabat sebagai KSAD, kata Susaningtyas di Jakarta, Rabu, yakni Letjen TNI Moeldoko, Letjen TNI Gatot Nurmantyo, dan Lejten TNI M Munir.

"Moeldoko diketahui sebagai Jenderal akademisi ini seimbang dengan KSAL yang Doktor cumlaude dan KSAU yang juga orang pendidikan. Sedangkan Munir dan Gatot, keduanya lulusan terbaik dan memiliki pengalaman yang mumpuni. Tapi semua kan tergantung presiden," katanya.

Letjen TNI Moeldoko saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad), Letjen TNI Gatot Nurmantyo (Komandan Kodiklat) dan Letjen TNI M Munir (Panglima Komando Strategis Cadangan). Tiga nama lainnya yang berpangkat bintang tiga, yakni Letjen Budiman (Sekjen Kementerian Pertahanan), Letjen TNI Langgeng Sulistyono (Sekretaris Menko Polhukkam), dan Letjen TNI Andi Geerhan Lantara.

Mengenai tradisi Pangkostrad menjadi KSAD, kata politisi Partai Hanura ini, lebih karena faktor pengalaman lapangan untuk hal-hal khusus, termasuk penanganan pertahanan kedaulatan bangsa.

Namun, dirinya berharap KSAD mendatang harus piawai menjadikan prajurit memiliki kearifan lokal dan kemahiran komunikasi antarbudaya.

"Karena sekarang bukan jamannya perang otot. Perang urat syaraf menuntut seseorang memiliki kemampuan pikir yg tajam," kata Nuning sapaan Susaningtyas.

KSAD juga dituntut mampu melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan kesejahteraan prajurit. Selain itu hubungan antarinstitusi juga harus dibenahi.

"Kemampuan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) bukan hanya alutsista saja yang dikembangkan, tapi juga kesejahteraan dan kemampuan serta pendidikan SDM," tuturnya.

Sementara disinggung mengenai kinerja Pramono, Nuning memandang bahwa Pramono tidak serta merta menyombongkan diri sebagai keluarga istana. Walau keluarga istana beliau cukup memiliki pendirian yang tegas dan tidak mentang-mentang sebagai keluarga istana, ucapnya.

Meski dinilai cukup baik, namun wanita yang mendalami ilmu intelijen ini memandang masih ada kekurangan pada era kepemimpinan Pramono, khususnya menyikapi beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti masih banyak terjadi friksi dengan institusi lain, khususnya Polri.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement