REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kementerian Luar Negeri Mesir memanggil kuasa usaha Uni Emirat Arab (UAE) sehubungan dengan kasus penahanan 11 warga negara Mesir di negara Teluk tersebut. Mereka ditahan, karena dicurigai melatih gerilyawan untuk menggulingkan pemerintah.
Semua warga negara Mesir itu ditangkap pada Januari 2013, dan mereka dituging sebagai bagian dari jaringan Ikhwanul Muslimin Mesir di negara Teluk tersebut. UAE sebelumnya telah menyuarakan ketidakpercayaan terhadap gerakan politik Islam tersebut yang memangku jabatan di Mesir tahun lalu.
Asisten Menteri Luar Negeri Urusan Konsuler, Ali el-Ashiry, memanggil diplomat UAE Ahmed al-Menhaly. "Meminta menyampaikan kepada pemerintah UAE mengenai keprihatinan Mesir dengan selesainya penyelidikan tahanan Mesir dalam kasus keamanan," kata kementerian di Kairo dalam satu pernyataan, seperti dilansir Reuters, Rabu (3/4).
El-Ashiry juga meminta Pemerintah UAE mengizinkan keluarga tahanan menjenguk mereka. Ikhwanul Muslimin pada Januari telah menyatakan sebagian anggotanya telah salah ditangkap. Hubungan antara Kairo dan UAE keruh setelah presiden kawakan Hosni Mubarak digulingkan pada 2011.
UAE telah menyampaikan rasa tidak percaya pada Ikhwanul Muslimin, yang membantu mendongkrak Presiden Mohamed Mursi ke kursi presiden. Di dalam satu wawancara dengan Reuters pada pekan ini, Kepala Polisi Dubai, UAE, Dhani Khalfan, kembali menyampaikan tuduhan bahwa gerakan itu di Mesir memiliki kaitan dengan dugaan rencana untuk menggulingkan Pemerintah Uni Emirat Arab.