REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Persebaya 1927, I Gede Widiade mengeluhkan sikap Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo. Gede menilai Roy tidak peka dengan nasib klub serta pemain Liga Prima Indonesia (LPI) yang terancam eksistensinya menyusul unifikasi liga 2014 hasil Kongres Luar Biasa (KLB) 17 Maret 2013 lalu.
Kompetisi kasta tertinggi musim depan akan diikuti 22 klub, 18 klub Liga Super Indonesia dan empat klub LPI. Namun, jatah untuk empat klub LPI tidak akan berlaku bagi yang mengalami dualisme. Salah satunya adalah Persebaya.
Atas hasil itu, Gede yang mewakili klub-klub LPI sempat mengirimkan surat kepada Menpora pada akhir Maret lalu. sayangnya, surat itu tidak ditanggapi, Menpora justru menilai surat tersebut salah alamat. "Kuping Menpora terlalu tipis. Kami ini meminta perlindungan, bukan mengeluh," kata Gede kepada Republika di Jakarta, Kamis (4/4) malam.
Perlindungan yang dimaksud Gede bukan hanya perlindungan kepada klub. Melainkan lebih kepada para pemain. Sebab, sekitar 1.200 pesepak bola yang kini berlaga di kompetisi LPI dan Divisi Utama LPIS menjadi tidak jelas nasibnya menyusul skema unifikasi liga yang dinilainya berat sebelah.
Diakui Gede, klub-klub LPI merasa gelisah dengan hasil KLB. Seharusnya, unifikasi liga bisa menampung semua komponen bola yang ada saat ini. "Makanya rasa gelisah itu sebelumnya kami sampaikan ke Menpora," ujarnya.
Menpora, menurut Gede, sepatutnya bisa menjadi pelindung, khususnya kepada para pemain. Karena, kalau skema unifikasi liga tetap berjalan sesuai hasil KLB, akan ada banyak pemain yang menganggur.
Meski merasa kecewa dengan hasil KLB, Gede menyatakan bahwa Persebaya dan klub-klub LPI lainnya telah sepakat untuk menjalani kompetisi hingga selesai. Menurutnya, hal tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam pertemuan para petinggi klub LPI dan Divisi Utama di Jakarta, belum lama ini.