REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Gubernur bank sentral Jepang yang baru, Haruhiko Kuroda meluncurkan kebijakan agresif untuk mengurangi deflasi. Bank sentral Jepang akan meluncurkan program quantitative easing atau pelonggaran ekonomi dengan nilai hingga 1,4 triliun dolar AS yang akan meningkatkan pasokan uang negara dua kali lipat.
Kebijakan yang dikenal dengan Abenomics, formula ekonomi dari Perdana Menteri Shinzo Abe, dilakukan melalui pembelian tujuh triliun yen obligasi pemerintah setiap bulan oleh bank sentral. Hal itu ditujukan untuk meningkatkan permintaan dan mendorong kenaikan harga serta upah.
Program pelonggaran ekonomi tersebut dilakukan untuk mencapai target inflasi dua persen. Pembelian obligasi pemerintah akan mencapai 50 triliun yen per tahun. Jumlah tersebut hampir setara dengan 10 persen produk domestik bruto tahunan Jepang.
Bank sentral Jepang akan membeli obligasi pemerintah jangka panjang. "Pelonggaran ekonomi sebelumnya tidak cukup untuk menarik keluar Jepang dari deflasi dan mencapai inflasi dua persen dalam dua tahun. Kali ini, kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencapai target," ujar Kuroda dilansir BBC.
Ekonomi Jepang terpuruk karena sejumlah faktor. Hal itu membuat deflasi atau penurunan harga barang. Penurunan harga mencegah orang mengaluarkan banyak dana dan perusahaan enggan berinvestasi.
Abe mengatakan memicu inflasi adalah kunci untuk meningkatkan konsumsi domestik. Bank sentral menarget inflasi di level dua persen awal tahun ini.