REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad memperingatkan bahwa tumbangnya rezimnya akan membuat gelombang ketidakstabilan yang akan mengguncang Timur Tengah selama bertahun-tahun.
Pernyataan itu diucapkan Assad kepada stasiun televisi Turki, Ulusal Kanal, yang disiarkan Jumat (5/4) malam waktu setempat. Dia memperingatkan bahwa jika pemerintahnya jatuh atau jika Suriah terpecah maka akan memiliki efek domino di seluruh wilayah (Timur Tengah).
Kemudian, lanjut Assad, tumbangnya rezimnya akan menciptakan periode ketidakstabilan selama bertahun-tahun yang panjang, dan (bahkan) mungkin beberapa dekade. '’Bahwa kita dikelilingi oleh negara-negara yang membantu teroris (oposisi Suriah) dan memungkinkan mereka untuk memasuki Suriah,’’ katanya seperti dikutip dari Al Arabiya, Ahad (7/4).
Assad menuduh Turki sengaja mendukung oposisi, tetapi dia tidak jelas mengatakan, apakah Yordania sengaja mendukung lawan-lawannya. Sementara itu, sekutu dekat Assad, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan perang sipil di Suriah telah menjadi pembantaian yang harus dihentikan melalui pembicaraan damai antara pemerintah Suriah dan oposisi.
Putin kembali menolak jika Assad harus mundur dari kursi keprsidennya. Berbicara kepada televisi Jerman ARD yang dirilis oleh Kremlin pada Jumat (5/4), dia menolak kritik Barat mengenai Rusia yang terus memasok senjata kepada rezim Assad. Putin mengatakan bahwa pengiriman tersebut tidak melanggar hukum internasional, dan dia mengkritik mereka yang mengirimkan senjata kepada oposisi Suriah yang memerangi pemerintah yang sah.