Ahad 07 Apr 2013 18:38 WIB

Masyarakat Indonesia Lebih Takut Kelaparan Ketimbang Premanisme?

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Citra Listya Rini
Mati kelaparan/ilustrasi
Foto: osocio.org
Mati kelaparan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejala premanisme di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan masih dinilai belum perlu menjadi konsen utama pemerintah. Pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devi Rahmawati mengatakan masyarakat Indonesia sejatinya telah akrab dengan kejahatan premanisme. 

Menurut Devi, preman berasal dari penyakit masyarakat yang tidak mendapat perhatian tajam dari negara. Akibatnya, preman tumbuh dan berkembang pesat seperti saat ini.

Premanisme di Indonesia terus menjalar pada kehidupan sosial. Ketertiban umum semakin diresahkan dengan polah para preman. Sehingga layak menjadi perhatian pemerintah khususnya penegak hukum dalam mengatasinya.

Terlepas dari memanasnya aksi premanisme di Indonesia, tapi Devi mengimbau pemerintah sebaiknya tak lantas menaruh premanisme sebagai fokus utama. Ada hal lain yang lebih ditakuti masyarakat dan akan sangat menggembirakan bagi mereka bila pemerintah mampu memusnahkannya. 

"Masyarakat lebih takut ancaman kelaparan dari pada ancaman kekerasan," kata Devi kepada Republika di Jakarta, Ahad (7/4).

Devi mengatakan masyarakat jauh lebih peduli dan khawatir pada gejolak perekonomian di Indonesia ketimbang pada perilaku para preman.

"Biarkan polisi dan pihak terkait mengurusi premaninsme, masyarakat juga pasti akan ikut bantu. Tapi, sebenarnya bila dihadapkan pada dua pilihan, masyarakat lebih senang ekonomi dibangkitkan daripada premanisme dimusnahkan," papar Devi.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغْنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗوَالَّذِيْنَ يَبْتَغُوْنَ الْكِتٰبَ مِمَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوْهُمْ اِنْ عَلِمْتُمْ فِيْهِمْ خَيْرًا وَّاٰتُوْهُمْ مِّنْ مَّالِ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اٰتٰىكُمْ ۗوَلَا تُكْرِهُوْا فَتَيٰتِكُمْ عَلَى الْبِغَاۤءِ اِنْ اَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِّتَبْتَغُوْا عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَمَنْ يُّكْرِهْهُّنَّ فَاِنَّ اللّٰهَ مِنْۢ بَعْدِ اِكْرَاهِهِنَّ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.

(QS. An-Nur ayat 33)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement