REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry. Menurutnya, pembebasan tahanan yang disekap Israel adalah prioritas utama sebelum melanjutkan pembicaraan damai.
"Presiden Abbas menekankan bahwa tahanan-tahanan adalah prioritas yang menciptakan iklim yang pantas untuk kemungkinan memajukan proses perdamaian," kata juru bicara Nabil Abu Rudeina setelah kedua pejabat menggelar pertemuan hampir 90 menit di istana kepresidenan di Ramallah.
Abbas berkata kepada Kerry, pembebasan 4.500 lebih tahanan Palestina di penjara Israel menjadi isu sensitif di kalangan Palestina. Sehingga, menjadi prioritas utama guna menciptakan atmosfer yang benar dalam melanjutkan kembali negosiasi.
Dia menjelaskan, pembicaraan dengan Kerry berpusat pada menemukan cara terbaik dalam menciptakan iklim yang sesuai dengan berlanjutnya pembicaraan dengan Israel. Dia mengungkapkan itu adalah pertemuan keempat Abbas dengan Kerry dalam waktu sebulan terakhir.
Menurutnya, pembicaraan damai hanya terjadi bila Israel membekukan pembangunan pemukiman di Yerusalem Timur dan Tepi Barat. Menurutnya, pembangunan tersebut tak bisa diterima dan merupakan 'garis merah' terutama di kawasan sangat sensitif E1 di luar Yerusalem.
"Pihak Palestina berkeinginan mengembalikan meja negosiasi, namun hanya jika Israel menghentikan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina dan pembebasan tahanan, terutama mereka yang ditangkap sebelum penadatanganan Perjanjian Oslo (1993)," kata Abbas.
Masalah pemenjaraan orang Palestina oleh Israel menjadi isu sangat sensitif dan kerap memicu demonstrasi besar di seluruh penjuru wilayah Palestina yang cenderung berubah menjadi bentrok dengan militer.
Salah satu yang menjadi keprihatinan adalah para tahanan yang mogok makan karena dipenjarakan tanpa diadili dahulu. Satu masalah lagi timbul saat seorang tahanan meninggal dunia karena kanker dan Palestina menuduh Israel menelantarkannya.