REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brigjen Pol Sabar Rahardjo yang baru saja dimutasi dari jabatannya sebagai kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ke Mabes Polri ini menjawab rumor pertemuan antara dirinya dan petinggi TNI sebelum penyerangan ke LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, belum lama ini.
Sabar menegaskan kabar yang beredar luas tersebut benar adanya. Jenderal bintang satu ini mengakui sempat menggelar pertemuan yang dihadiri Danrem TNI itu untuk membahas suatu hal.
Namun, Sabar mengatakan bukan sedang mendiskusikan upaya penyerangan ke LP Cebongan sebagaimana yang santer diberitakan bahwa ia berbicara dengan petinggi TNI.
"Saya menncoba transparan kepada TNI dengan memperlihatkan rekaman CCTV terkait penganiayaan kepada anggota Kopassus yang tewas di Hugos Café," kata Sabar di Mabes Polri Jakarta Selatan, Senin (8/4).
Sabar mengaku sengaja memperlihatkan rekaman tersebut karena para tersangka penganiayaan anggota Kopassus, Serka Heru, telah berhasil diamankan oleh bawahannya.
Dalam pertemuan tersebut, Sabar bilang memiliki niatan untuk membuat hubungan harmonis antara Polri-TNI tetap terjaga lewat penanganan kasus yang cepat dan transparan. Ia tidak ingin peristiwa penyerangan TNI ke Mapolres OKU, Sumatra Selatan, pada Februari lalu terulang.
"Sudah itu saja (karena) saya kan memperhatikan kasus OKU. Saya lalu evaluasi ada yang kurang, yaitu kurang cepat," ujarnya.
Maka dari itulah, menurut dia, pertemuan tersebut diadakan bertujuan untuk mengomunikasikan semua hal terkait kasus yang korbannya anggota Kopassus kepada TNI.
Seperti diketahui LP Cebongan, Sleman, diserang oleh 11 anggota Kopassus. Empat tahanan Polda DIY tewas. Para korban ini ialah preman yang melakukan pembunuhan kepada anggota Kopassus sepekan sebelum penyerangan LP Cebongan.
Atas peristiwa ini, Sabar harus dimutasi dari jabatannya. Dalam waktu dekat, ia akan menjalani pemeriksaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terganggunya eskalasi keamanan di wilayah kekuasaannya.