Senin 08 Apr 2013 17:10 WIB

Marty Natalegawa 'Geregetan' Terhadap Pemerintah Myanmar, Kenapa?

Rep: Esthi Maharani / Red: Citra Listya Rini
 Puluhan warga Rohingya yang terdampar di Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, tiba di pelabuhan Lampulo Banda Aceh, Senin (8/4). (Antara/Ampelsa)
Puluhan warga Rohingya yang terdampar di Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, tiba di pelabuhan Lampulo Banda Aceh, Senin (8/4). (Antara/Ampelsa)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa seakan 'geregetan' terhadap Pemerintah Myanmar. Apa pasal?

Marty meminta agar Pemerintah Myanmar benar-benar menyelesaikan persoalan Rohingya. Hal ini menyusul semakin banyaknya pengungsi Rohingya yang terdampar ke negara lain, termasuk Indonesia. 

"Masalah ini tentu harus diselesaikan dari akar permasalahannya, yaitu kondisi dan situasi di Myanmar sendiri," kata Marty kepada wartawan di Jakarta, Senin (8/4). 

Marty menyampaikan Pemerintah Indonesia sudah pernah ke Myanmar dan melihat langsung kondisi yang terjadi di sana. Menurut dia, kondisi dan situasi di sana harus diatasi terutama masalah adanya saling ketidakpercayaan antara komunitas Rohingya dan non-Rohingya. 

Dalam pertemuan ASEAN Summit akhir bulan ini, Marty berencana untuk membahas persoalan pengungsi Rohingya dengan Pemerintah Myanmar. Termasuk di dalamnya tentang perlunya situasi kemanusiaan hingga situasi perekonomian di Myanmar.

"Akan kami bahas dengan menlu Myanmar ketika kita bertemu di sela-sela pertemuan ASEAN nanti di Brunei Darussalam," ujar Marty. 

Selama ini, Marty mengungkapkan Indonesia sudah berkomunikasi dengan Myanmar dengan porsi yang terukur. Pun, Indonesia mengimbau agar Pemerintah Myanmar segera menyelesaikan masalah tersebut dan mencegah terjadinya kembali konflik antaretnis. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement