REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Nadi jalanan Kairo kembali berdenyut setelah sempat berhenti selama musim semi Arab. Lalu, mendadak berhenti kembali ketika kelompok Islamis menguasai tampuk kekuasaan. Itu tidak lama. Masyarakat Mesir terlalu lelah dengan pertikaian politik. Mereka mencoba realistis.
Wujud keinginan warga Mesir untuk hidup selayaknya sebuah negara tecermin dalam ramainya kafe yang berada di jalanan utama Mesir. Yang unik dari fenomena itu, yakni munculnya kafe alternatif warga Mesir untuk "nongkrong". Ya, kafe tersebut menawarkan atmosfer Islami.
Kafe D'Cappucino-lah yang memulainya. Seperti halnya kafe lainnya, D'Cappucino menawarkan makanan dan minuman yang menjadi favorit warga Mesir. Yang membedakan, para pengunjung pria dan wanita tidak bisa duduk satu meja. Mereka juga tidak dihibur oleh alunan musik khas kafe yang membentuk suasana. Di kafe ini, pengunjung jangan berharap bisa menemukan pelayan seksi atau merokok sembari menikmati sajian minuman. Kafe ini pun tutup ketika waktu shalat tiba.
Seperti dikutip onislam.net, Senin (8/4), pendiri kafe mengatakan, misi kafe ini adalah untuk mencerminkan nilai-nilai moral dalam masyarakat tanpa memperhatikan kenyamanan pengunjungnya. Meski terkesan konservatif, kafe ini jelas memiliki pengunjung tetap.
Imam Arab Saudi, Syekh Muhammad Al-Arifi, menilai tempat ini sangat layak dikunjungi umat Islam. Komentar itu, ia lontarkan via akun Twitter miliknya setelah mengunjungi Kairo bulan lalu. Kendati mendapat sambutan positif, tak sediki pula yang mengejek kafe ini. Sejumlah akun di jejaring sosial dengan nada sinis mengatakan mengapa pemiliknya tidak berkonsentrasi memakmurkan masjid atau menggeliatkan proyek-proyek amal.