REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan perdana menteri Inggris, Margaret Thatcher meninggal dunia pada Senin (8/4). Namun, gaya kepemimpinannya akan terus dicatat dalam sejarah Inggris terutama keberaniannya untuk menyatakan perang memperebutkan pulau Falkland.
Pada akhir 1981, dukungan pada Thatcher telah jatuh sampai 25 persen, rekor terendah selama masa kepemimpinannya. Namun, pada awal 1982, perekonomian negara mulai pulih. Popularitasnya kembali naik pada April 1982 setelah memutuskan untuk perang melawan Argentina di pulau Falkland.
Perdana menteri segera mengirim angkatan laut. Pulau-pulau berhasil direbut kembali pada 14 Juni saat pasukan Argentina menyerah. Kemenangan di Falkland dan berantakannya Partai Buruh membuat konservatif naik pada pemilihan 1983.
Kebijakan politik luar negeri Thatcher ditujukan untuk membangun profil Inggris di luar negeri. Dia yakin hal itu telah menurun saat Partai Buruh berada di pemerintahan.
BBC menulis Thatcher menemukan kecocokan dengan Presiden AS, Ronald Reagan. Mereka membagi pandangan ekonomi. "Kita bisa melakukan bisnis bersama," ujar Thatcher. Partai Buruh pun kalah dalam pemilihan dan Thatcher naik untuk masa jabatan ketiganya pada 1987.
Aksi pertamanya setelah terpilih adalah memperkenalkan biaya komunitas, dimana pajak dipungut berdasarkan jumlah individu bukan nilai properti. Kebijakan tersebut memicu kekerasan di jalan. Pada 1989, muncul ketidakpuasan di kalangan anggota parlemen konservatif atas kebijakan tersebut. Isu tersebut pun menyeret kejatuhan Thatcher.
Pada 2001, Thatcher dipaksa membatasi aktivitasnya karena kesehatannya mulai memburuk. Setelah serangan stroke ringan, dokter menyarankan dia untuk tidak tampil di muka umum. Dia juga menderita demensia yang mempengaruhi memori jangka pendek pada 2008.