REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) siap memperluas lingkup penyelidikan dugaan penggunaan senjata kimia di Desa Khan Al-Assal, dekat Aleppo, Suriah.
Sebelumnya rezim presiden Suriah Bashar al-Assad meminta PBB untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia oleh oposisi pada bulan Maret 2013 di desa Khan al-Assal.
"Sebuah tim inspeksi PBB di Siprus siap untuk disebarkan ke dekat Suriah untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia dalam konflik di sana. Kini (tim) sudah ada di persiapan terakhir," kata sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon, Senin (8/4) seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (9/4).
Penyebaran tim di Suriah akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam dan semua pengaturan logistik akan (dilakukan) di tempat. Pernyataan itu diucapkan Ban pada pembukaan Konvensi Senjata Kimia di Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag, Belanda.
"Posisi saya jelas, semua klaim akan diperiksa tanpa penundaan, tanpa syarat dan tanpa pengecualian," ucapnya.
Tapi Ban tidak ingin melibatkan tim ahli (penyelidikan) dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti Inggris, Cina, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat (AS) karena alasan kepekaan politik. Sebagian besar ahli diharapkan berasal dari dari Amerika Latin, atau Asia. Dia menambahkan bahwa daftar 15 ahli kimia OPCW telah disiapkan dan sebagian besar tim akan datang dari OPCW.
Ban telah berulang kali menuntut bahwa para ahli fisika, kimia dan kesehatan diberikan akses tidak terkekang di Suriah untuk menentukan apakah senjata kimia telah digunakan dalam konflik dua tahun.
"Kami semua menunggu lampu hijau dari pemerintah Suriah untuk menentukan apakah senjata kimia telah dikerahkan. Kami masih dalam proses pembahasan dengan pemerintah Suriah," tutur Ban.