REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Rencana pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) terus diwujudkan Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, pada bulan April ini, akan dilakukan peletakan batu pertama proyek pembangunan agkutan massal berbasis rel tersebut. Sayangnya, hingga saat ini, masih ada sejumlah warga yang tak puas atau menolak pembangunan MRT layang di Jl Fatmawati dan Jl Panglima Polim.
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengaku, akan terus melakukan pendekatan khususnya kepada warga di Jl Fatmawati dan Jl Panglima Polim yang hingga saat ini masih menolak rencana pembangunan MRT layang. "Mengenai problem seperti itu, kita akan terus lakukan pendekatan," ujar Jokowi, di Balaikota DKI Jakarta, seperti dilansir situs beritajakarta.com.
Dikatakan Jokowi, jika tidak segera mengambil keputusan terkait nasib MRT, maka permasalahan itu akan menjadi berlarut-larut sehingga Jakarta tidak memiliki pilihan lain dalam hal mengatasi kemacetan. "Kalau kita hanya mikir gitu terus, MRT tidak akan kita putuskan dan tidak akan jalan," katanya.
Seperti diketahui, warga di sekitar Jl Fatmawati maupun Jl Panglima Polim menolak pembangunan MRT layang karena dikhawatirkan akan mengganggu kelangsungan kegiatan usaha mereka. Hingga saat ini, di kedua ruas jalan itu, spanduk-spanduk bertuliskan penolakan pembangunan MRT masih terpasang di sisi kanan maupun kiri jalan.
Padahal, kata Jokowi, pembangunan MRT dengan dua kontruksi yakni layang dan bawah tanah dimaksudkan untuk menekan anggaran. Sebab, dengan konstruksi layang, anggaran yang digunakan akan lebih murah dibanding dengan konstruksi bawah tanah. "Kalau dikombinasikan tentu menjadi lebih murah. Kalau proyeknya murah, biaya-biaya lainnya nanti juga murah. Arahnya ke tarif jadi murah," ujarnya.