Rabu 10 Apr 2013 07:10 WIB

Otoritas AS Tolak Kampanye 'Setop Islamisasi Amerika'

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Citra Listya Rini
Komunitas Islam di Amerika
Komunitas Islam di Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, VIRGINIA -- Kantor paten dan merek dagang Amerika Serikat (AS) menolak aplikasi kampanye ‘setop Islamisasi Amerika’ oleh kelompok inisiatif kebebasan pertahanan (FDI). 

Keputusan itu ditetapkan oleh kantor yang terletak di Virginia, AS pada Selasa (9/4). Kantor tersebut memandang kelompok FDI yang dipimpin oleh pengkampanye anti-Islam AS, Pamela Geller yang mengampanyekan  ‘setop Islamisasi Amerika’ adalah kampanye yang tidak masuk akal secara harfiah.

"(Kata) ‘Islamisasi’ berarti masuk Islam atau untukmembuat menjadi Islam," kata kantor itu dalam sebuah pernyataan dikutip dari Al Arabiya, Rabu (10/4). Pernyataan kantor tersebut juga membantah tujuan FDI untuk menghentikan dugaan proses Islamisasi di AS.

"(Kata) ‘setop’ akan diartikan tindakan yang harus diambil untuk menghentikan, mengakhiri, atau mengubah orang di Amerika yang sesuai dengan Islam. Karena itu (cap) merek dagang itu akan meremehkan Muslim dan menghubungkan mereka dengan terorisme," begitu pernyataan kantor tersebut. 

Namun, FDI membantahnya. Menurut kelompok itu, tujuan dari kampanye kelompok adalah untuk mencegah syariah berdasarkan tirani dan terorisme Islam. 

Setelah aplikasi ditolak, kini pusat hukum kebebasan AS yang menjadi kuasa hukum Geller mengajukan banding di Pengadilan Banding AS. Geller dikenal terutama karena mengkritik Islam dan oposisi terhadap kegiatan dan kepentingan Islam. 

Dia juga menentang usulan pembangunan sebuah pusat komunitas Islam di dekat Ground Zero, bekas tempat gedung World Trade Center (WTC).

Pada Desember 2012 lalu, Geller meluncurkan kampanye iklan kelompok yang berbau anti-Islam. Dalam iklan yang dipasang di stasiun kereta api bawah tanah di New York, AS itu ditulis potongan terjemahan ayat Alquran yang isinya ‘segera akan Kami lemparkan ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir,’ . 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement