REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pemilihan presiden Bangladesh akan diselenggarakan pada 29 April, demikian pengumuman Kepala Komisaris Pemilihan Umum (CEC), Kazi Rakibuddin Ahmed, dalam pernyataan Selasa malam (9/4), di kantornya di Ibu Kota Bangladesh, Dhaka.
Jabatan itu kosong setelah meninggalnya presiden Zillur Rahman pada 20 Maret di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura, tempat ia menjalani perawatan medis. Sejak itu, Ketua Parlemen Bangladesh Abdul Hamid diangkat sebagai Penjabat Presiden. Bangladesh harus memilih presiden ke-20-nya sebelum Juni tahun ini, sejalan dengan undang-undang dasar negeri tersebut.
Penjabat Presiden Abdul Hamid, menurut lansiran dari Xinhua, Rabu (10/4), telah menyerukan babak berikut sidang parlemen pada 21 April, saat anggota parlemen akan memilih jabatan dekoratif dalam demokrasi parlemen. Para calon harus mengajukan dokumen pencalonan diri mereka pada 21 April dan batas akhirnya 24 April.
Setelah demokrasi parlementer diberlakukan di Bangladesh, anggota parlemen hanya sekali pernah memilih presiden, yaitu pada 1991, saat ada lebih dari satu calon buat posisi tersebut. Namun belakangan kecenderungan berubah dan para calon dari partai yang berkuasa selalu dipilih tanpa pesaing sebagai presiden.
Sekarang partai yang berkuasa, Liga Awami, pimpinan Perdana Menteri Sheikh Hasina Wajeed menguasai mayoritas dua pertiga di parlemen, yang 300 anggotanya dipilih. Parlemen Bangladesh memiliki 50 kursi buat perempuan.