REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden (Wapres) Boediono meminta agar konsorsium Proyek Geothermal Sarulla, Sumatra Utara, segera mempercepat pelaksanaan proyek tersebut dalam rangka menambah pasokan listrik nasional yang saat ini masih kurang.
"Saya menginginkan konsorsium segera menggelindingkan proyek geothermal Sarulla dan dapat berjalan dengan cepat dan sesegera mungkin dimulai," kata Wapres usai menyaksikan penyerahan kontrak penjualan energi (ESC) kerja sama Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) serta Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU) dari sejumlah menteri kepada konsorsium di Kantor Wapres Jakarta, Kamis (11/4).
Hadir dalam acara itu Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Menteri Keuangan Agus Martowardoyo, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Jaksa Agung Basrief Arief, serta Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto.
Wapres mengatakan pemerintah sangat mendukung pembangunan proyek geothermal karena memang memiliki keuntungan finansial dan nonfinansial. Boediono mengakui proses penyelesaian proyek Sarulla itu memang memakan waktu sangat lama karena terlalu banyak simpul dan hambatan yang menyulitkan pelaksanaan proyek tersebut. "Saya optimis proyek Sarulla ini akan bisa berjalan baik setelah semua pihak termasuk menteri beberapa kali membahas proyek ini di kantor saya," katanya.
Dikatakan Wapres, dirinya memang beberapa kali menanyakan kepada sejumlah menteri mengenai kelanjutan proyek ini dan dari laporan yang diterima memang menemui sejumlah kendala.
Boediono mengatakan jika proyek ini sudah bisa berjalan maka akan diperoleh penghematan subsidi listrik sebesar Rp 4 triliun per tahun. "Itu sebuah penghematan yang luar biasa sehingga saya sangat mendukung pembangunan proyek geothermal lainnya," katanya.
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Sarulla adalah pembangkit listrik terbesar dalam program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 MW tahap II, di mana hampir 50 persen atau 4.952 MW berasal dari panas bumi. "PLTP Sarulla adalah geothermal terbesar di Indonesia dan bahkan di dunia sehingga akan mempercepat pencapaian sasaran elektrifikasi di Indonesia," kata Boediono.
Menurut Jero Wacik, proyek tersebut membutuhkan investasi sekitar 1,5 miliar dolar AS yang didanai oleh partisipasi swasta, yang terdiri dari equity 20 persen dan pinjaman lunak dari Japan Bank for International Corporation (JIBC) 80 persen, melalui skema Independent Power Producer (IPP). Geothermal memang menjadi salah satu prioritas nasional bidang energi, mengingat besarnya potensi Indonesia yang diestimiasi mencapai 29 ribu MW.
Saat ini Indonesia dengan kapasitas terpasang sekitar 1.341 MW adalah peringkat ketiga terbesar penghasil listrik geothermal di dunia, setelah Amerika Serikat dan Filipina. Dengan program 10.000 MW tahap II yang hampir setengahnya berasal dari geothermal, Indoensia dapat menjadi negara penghasil geothermal terbesar dunia.