REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengatakan anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebaiknya dialihkan ke sektor lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
"Alokasi anggaran subsidi (BBM, red) yang besar telah mengurangi alokasi anggaran untuk peningkatan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur," katanya saat berpidato dalam forum Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington DC, AS seperti dikutip dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (11/4).
Forum itu mengetengahkan isu ketahanan energi yang berkelanjutan. Karen menjadi CEO wanita pertama asal Indonesia yang berbicara dalam forum internasional tersebut.
Menurut dia, pengurangan subsidi BBM dan mengalihkannya ke sektor lain yang lebih penting tersebut merupakan salah satu upaya mengurangi ketergantungan terhadap minyak.
Ia mengatakan, subsidi BBM yang diperkenalkan pertama kali pada era 1960-an, rata-rata menyedot 20 persen APBN. Pada 2013, subsidi BBM tercatat Rp 193 triliun dengan kuota 46 juta kiloliter (KL).
Karen juga mengatakan, langkah pengurangan ketergantungan minyak lainnya adalah mengalihkan ke sumber energi alternatif, seperti gas alam, gas nonkonvensional, dan energi baru terbarukan.
Ia mencontohkan, gas metana batubara (CBM) merupakan gas nonkonvensional dengan cadangan terbesar keenam di dunia.
"Kami merencanakan investasi 1,5 miliar dolar AS untuk 200 sumur eksplorasi CBM dalam lima tahun ke depan," ujar Karen.
Selain itu, Indonesia memiliki energi alternatif lainnya yang melimpah, sayangnya belum termanfaatkan secara optimal seperti panas bumi dan dan biofuel.