REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan presiden Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie mengaku tidak setuju Indonesia mengirim wanita Indonesia dalam hal ini tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri. Menurut dia, wanita Indonesia merupakan ibu dari anak-anak sebagai masa depan bangsa.
Di mata Habibie, anak-anak merupakan sumber daya manusia (SDM) yang membutuhkan proses pembudayaan, pendidikan, dan proses keunggulan. Pembudayaan di rumah itu sejak berada di rahim ibu.
"Ibu tugasnya memberikan proses pembudayaan pada bibit-bibit SDM. Maka itu, seharusnya mereka tidak menjadi TKW di luar negeri," kata Habibie dalam sebuah acara bertajuk 'Serial I Dialog Demokrasi dan Peradaban Internasional' di Jakarta, Kamis (11/4) malam.
Indonesia, kata Habibie, berkewajiban mengamankan ibu-ibu agar tidak meninggalkan Tanah Air. Mereka harus diberi pendidikan khusus bagaimana meningkatkan nilai tambah kepribadian dari sudut pandang budaya, iman, dan takwa.
Habibie mengatakan pendidikan tidak dimulai di taman kanak-kanak (TK), tapi dimulai sejak berada di rahim ibu. Pendidikan memberi kemampuan pada manusia untuk mengerti mekanisme pengetahuan dan teknologi.
Proses keunggulan, ujar Habibie, tidak bisa hanya diperoleh dari pendidikan saja. Proses keunggulan harus diperoleh melalui kerja. "Meskipun pendidikannya S1, bahkan S2 kalau tidak bekerja tidak akan menjadi orang unggul".