REPUBLIKA.CO.ID, BIRZEIT -- Palestina mulai membangun konstruksi gedung museum di Tepi Barat yang berisikan perjalanan sejarah 200 tahun bangsa mereka sejak Kamis (11/4) lalu.
Museum ini bakal memberi kesempatan bagi keturunan bangsa Palestina untuk mencatatkan perjalanan hidupnya. "Kita ingin banyak mengukir kisah-kisah luar biasa mereka agar dunia tahu,” terang direktur museum Palestina Jack Persekian pada kantor berita AP.
Museum tersebut berisi galeri benda-benda serta dokumen juga disertai sebuah ruangan diskusi. Dananya diperoleh dari kocek pribadi Persekian setelah mengantongi izin dari pemerintah Palestina. Diperkirakan ini menjadi proyek yang terbesar dalam hal biaya, ruangan, hingga skalanya di kawasan Palestina.
Konsep ini ingin menjangkau cerita-cerita umat Muslim maupun kristiani berkebangsaan Palestina. Pun, menyaring kisah-kisah kehidupan bangsa Yahudi yang pernah tinggal di Palestina kemudian bermigrasi ke Inggris medio tahun 1948 silam.
Narasi sejarah konflik antara bangsa Israel dengan Palestina menjadi fokus museum ini. Kemudian, dilanjutkan pemaparan sejarah rakyat Palestina di luar negeri. Beserta saudara-saudara mereka yang tinggal di Jalur Gaza, Tepi Barat, maupun Yerusalem Timur.
Tidak ketinggalan, dokumentasi kehidupan bangsa Palestina di bawah penguasaan Yordania dan Israel dalam dua dekade ini.
Fase pertama pembangunan museum ini digelontor dana sebesar 15 juta dollar AS untuk membangun 3.000 m2 konstruksi dalam dua tahun. Bangunan berbahan dasar kaca dan bebatuan ini didesain arsitek asal Dublin, Jerman, Heneghan Peng. Dialah yang pernah mendesain museum nasional Mesir.