REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Jumat (12/4), menyatakan pertempuran baru antar-suku di Darfur Barat telah membuat lebih dari 74 ribu warga sipil menyelamatkan diri ke bagian tenggara Chad selama dua bulan belakangan, termasuk 50 ribu orang dalam satu pekan saja.
"Lembaga tersebut menyatakan ini adalah arus terbesar pengungsi dari Sudan ke dalam wilayah Chad sejak 2005," kata Wakil Juru Bicara PBB, Eduardo del Buey, dalam pernyataan harian di Markas PBB, New York, seperti dilansir dari Xinhua, Sabatu (13/4).
"Staf UNHCR di Chad mendapati orang yang kelelahan, trauma dan terganggu oleh kerusuhan baru-baru ini. Lembaga itu prihatin bahwa jumlah orang yang menyelamatkan diri dari Sudan akan meningkat sebab bentrokan masih berkecamuk," kata del Buey.
Pertempuran sengit telah dilaporkan terjadi sejak awal tahun ini antara aliansi pemberontak Front Revolusioner Sudan dan Militer Sudan, yang didukung oleh milisinya di Jabal Marra Barat.
Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID) mengambil-alih misi perdamaian di Darfur dari Misi Uni Afrika di Sudan pada 31 Desember 2007. Namun misi tersebut telah menghadapi serangan yang berulangkali oleh pria tak dikenal yang bersenjata di wilayah itu. Lebih dari 30 prajurit pemelihara perdamaian telah tewas dan sejumlah lagi personelnya diculik selama lima tahun terakhir.