REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum bisa menyimpulkan penyebab jatuhnya pesawat Lion Air di Pantai Segara, Kuta, dekat landasan pacu Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Sabtu (13/4) sore.
"KNKT dalam investigasi harus profesional untuk melakukan pengumpulan data kemudian dianalisis. Kami tidak akan melakukan konslusi secara tergesa-gesa," kata Kepala Sub-Komunikasi Penelitian Kecelakaan Transportasi Udara KNKT, Masruri, saat memberikan keterangan pers di "Emergency Operations Center" Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Ahad (14/4).
Menurut dia, pengumpulan data dilakukan secara komprehensif dengan melihat berbagai indikator, di antaranya masalah manusia, operasi, peralatan, dan mesin pesawat. Pihaknya tidak bisa menduga, apakah kecelakaan tersebut akibat kesalahan manusia, faktor cuaca, atau pesawat seperti beberapa kabar yang beredar terkait penyebab jatuhnya pesawat tersebut. "Kami belum bisa sampaikan apa dan bagaimana, apakah itu overshoot atau undershoot saya belum tahu terkait kabar itu," tegasnya.
Masruri belum bisa memastikan, kapan hasil investigasi jatuhnya pesawat dengan nomor registrasi PK-LKS itu bisa diumumkan kepada publik. Saat ini kondisi pesawat Boeing 737-800NG bercat putih itu masih mengapung di pinggir laut dengan badan terbelah dua. Agar tidak terbawa arus laut, bangkai pesawat itu kemudian diikat dan dijaga aparat TNI Angkatan Udara dibantu pihak PT Angkasa Pura.
Senada dengan Masruri, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti menyatakan bahwa tim investigasi tengah mengumpulkan data termasuk mencari Cockpit Voice Recorder (CVR) yang saat ini masih berada di bagian ekor pesawat. "Untuk mengambil CVR di ekor pesawat, kami akan coba dengan penyelaman," katanya.
Tim invesigasi rencananya pada Ahad (14/4) akan mengambil data percakapan di dalam ruang kokpit itu untuk melengkapi satu data lain yang telah ditemukan sebelumnya, yakni Flight Data Recorder (FDR) untuk kepentingan penyelidikan.