Senin 15 Apr 2013 16:16 WIB

Industri Pakan Ternak Dorong Kenaikan Harga Jagung

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan jagung untuk pakan ternak mengalami kenaikan. Kondisi ini mendorong harga jual jagung yang bagus ke industri pakan ternak, yakni sekitar Rp 3.300 hingga Rp 3.400 per kilogram. "Ini insentif yang besar, penting agar petani giat menggenjot produksi," ujar Sekertaris Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola, Senin (15/4).

Tahun ini kebutuhan jagung pakan ternak diperkirakan mencapai 7 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPK) menunjukkan produksi jagung tahun lalu mencapai 19,38 juta ton. Kementerian Pertanian (Kementan) tahun ini menargetkan produksi jagung sebanyak 19,83 juta ton.

Namun Sola mengingatkan pemerintah agar tidak terlena dengan angka produksi yang tertera di kertas. Saat ini kebutuhan jagung industri rerata mencapai 600 ribu ton per bulan. Ketersediaan jagung kebutuhan pabrik pakan  menurutnya belum stabil. Pabrik membutuhkan jagung sepanjang tahun, sedangkan proses produksi hanya bisa dilakukan di bulan-bulan tertentu. Pemerintah perlu mencari solusi agar kebutuhan pabrik bisa terpenuhi meskipun bukan musim panen raya.

Kualitas jagung pun menjadi ganjalan yang perlu dibenahi. Pada saat panen raya, kadar air yang diserap jagung cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan jagung lebih cepat menjamur atau terkontaminasi aflatoksin jika tidak disimpan dengan baik.

Apabila jagung pakan yang telah berjamur ini termakan ternak seperti ayam, maka manusia juga yang terkena efeknya. Berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI 2000), kadar aflatoksin maksimal  pada jagung pakan sebesar 50 ppb (part per bilion).  "Kalau jagung yang tidak memenuhi standar ini diterima, justru bahaya bagi konsumen (manusia)," ujar Sola.

Dengan hasil produksi yang tinggi, ia berpendapat seharusnya Indonesia bisa melakukan swasembada. Sayangnya belum ada mekanisme pengawasan ketat guna mencegah jagung ditimbun baik oleh petani, pedagang, maupun pengumpul. Saat ini saja menurutnya, Sumatera Barat bahkan bisa memproduksi jagung sebanyak 500 ribu ton setiap kali panen raya.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak, Sudirman mengatakan jagung merupakan sumber karbohidrat utama untuk unggas. Walaupun produksi jagung tinggi, industri masih membutuhkan impor untuk menambal kebutuhan pada musim bukan panen. Tahun lalu impor jagung mencapai 1,5 juta ton. Industri pakan menurutnya masih mengutamakan jagung produksi dalam negeri dibadingkan jagung impor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement