Selasa 16 Apr 2013 16:09 WIB

Industri Bahan Baku Rotan Alami Kelesuan

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
UKM kerajinan rotan (Ilustrasi)
UKM kerajinan rotan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha menyoroti permintaan bahan baku rotan yang cenderung stagnan. Daerah penghasil bahan baku rotan seperti Kalimantan dan Sulawesi bahkan hampir terpuruk. "Tidak ada peningkatan penjualan bahan baku rotan sejak lama. Rotan tidak laku," ujar Sekjen Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), Lisman Sumardjani, Selasa (16/4).

Kondisi ini dikhawatirkan akan berlangsung lama. Ia juga menyoroti ketidak jelasan pemerintah dalam mendefinisikan furniture kayu yang dikatakan sebagai produk rotan. Apalagi menurutnya pemerintah telah mengklaim terjadi kenaikan ekspor produk rotan. Apabila benar bahwa ekspor produk rotan mengalami kenaikan, seharusnya seiring dengan peningkatan permintaan bahan baku dari daerah-daerah budidaya rotan. Dengan demikian, roda perekonomian di daerah produsen juga bergerak maju.

Data APRI menunjukkan hanya tersisa dua industri pengolahan bahan baku rotan di Sumatra. Sebelumnya jumlah industri bahan baku rotan mencapai 20 industri. Sementara itu di Kalimantan hanya tersisa 15 industri dari jumlah sebelumnya sebanyak 60 industri.

Kementerian Perindustrian mengaku kesulitan dalam mendistribusikan bahan baku rotan dari Sulawesi. Kendala ini membuat industri sebagian besar mengandalkan ketersediaan bahan baku rotan  dari Jawa. "Kendalanya persoalan distribusi, agak tersendat," ujar Direktur Jendral Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Dedi Mulyadi, Selasa (16/4).