REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Arab Saudi di Washington menyatakan dua warganya yang ikut terluka dalam ledakan bom di Boston tidak terlibat dalam aksi penyerangan. Pihak kedutaan juga menyatakan pihak kemananan AS tidak menuduh dua warganya itu terlibat. Walau pada awalnya rumah sakit tempat mereka dirawat dijaga polisi.
Juru bicara kedutaan, Nail Al-Jubeir mengatakan, dua orang warganya itu satu berkelamin perempuan dan satu pria berusia 20 tahun. Sebelumnya, pihak militer memang menjaga kamar tempat mereka dirawat dengan polisi bersenjata.
"Tidak ada warga negara Saudi yang menjadi tersangka dalam serangan Marathon Boston. Salah seorang warga Saudi yang dijaga itu hanya berstatus saksi, bukan tersangka," jelas Al-Jubeir, seperti dikutip dari Al Arabiya.
Hingga kini, para peneliti AS masih melakukan olah tempat kejadian perkada. Mereka jiga meneliti apakah pelaku pengeboman berasal dari warga AS atau dari luar negri.
Adanya warga Saudi yang menjadi korban mengundang opini sejumlah media lokal AS. Beberapa pihak bahkan mengaitkannya dengan kejadian penyerangan WTC 11 September 2001. Ini karena 19 orang pembajak pesawat yang menghantam gedung kembar tersebut berkewarganegaraan Saudi.
Sementara itu, Menlu Arab Saudi, Pangeran Saud al-Faisal yang bertemu dengan Menlu AS John Kerry, Selasa (16/4) kemarin tidak menyinggung soal dua korban dari warga negara Saudi itu.
Pangeran Saud hanya menyampaikan ucapan belangsungkawa atas insiden pengeboman. "Solidaritas kami dengan orang-orang hebat dari Boston ada dalam tragedi ini. Kami tegaskan, Arab Saudi mengutuk setiap aksi terorisme," katanya.