REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Menteri Luar Negeri Brazil Antonio Patriota, Rabu (17/4), kembali mengaskan dukungan negaranya terhadap hasil pemilihan presiden di Venezuela. Dalam pemilu tersebut terdapat selisih perolehan suara yang memicu kontroversi.
"Kami menghormati kedaulatan Venezuela," katanya. Ia menambahkan hasil akhir penghitungan seluruh kertas suara adalah masalah dalam negeri di Venzuela, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis (18/4) pagi.
Wakil AS untuk PBB Susan Rice, yang mengadakan pertemuan dengan Patriota pada Rabu (17/4) pagi, mengatakan negaranya mendukung hasil total penghitungan ulang. "Presiden (Barack) Obama tertarik pada penghitungan-ulang 100 persen kertas suara, sehingga kami dapat memastikan bahwa semua rakyat Venezuela dapat menerima hasilnya," kata Rice.
Selama pemungutan suara yang diselengarakan pada Ahad (14/4), Penjabat Presiden Nicolas Maduro mengalahkan calon oposisi Henrique Capriles dengan selisih angka 1,5 persen, atau sebanyak 272.000 suara.
Capriles belum mengakui kekalahan dan menuntut penghitungan-ulang. Menurut Capriles, terjadi beberapa penyimpangan dalam proses pemilihan umum.
Hanya saja, Dewan Pemilihan Umum Nasional Venezuela telah mengkonfirmasi kemenangan Maduro, dan Uni Amerika Selatan (Unasur) --yang mengitim wakil untuk memantau proses pemilihan umum tersebut-- mengatakan keputusan Dewan Pemilihan Umum Venezuela mesti ditegakkan.
Awal pekan ini, Patriota sudah menyampaikan dukungan buat pendirian Unasur mengenai hasil pemilihan umum itu dan menyampaikan harapannya bahwa konflik politik di Venezuela, yang sudah mengakibatkan tujuh orang tewas, akan berakhir.