REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar Al Assad mengingatkan Amerika Serikat dan Eropa yang sedang bermain api di perang sipil Suriah atas bantuannya kepada kelompok oposisi.
Assad menuduh Barat pun membantu kelompok Al Qaidah. Menuruntnya, Barat telah menerima akibatnya karena pada awalnya membantu Al Qaidah (Afghanistan). Seakan tak kapok, kali ini Barat malah mencoba membantu Al Qaidah di Suriah, Libya dan negara lainnya.
''(Mereka) akan membayar mahal (atas bantuannya) ke berbagai lokasi, khusunya jantung utama Eropa dan Amerika Serikat,'' tutur dia seperti dikutip dari Al Arabiya. Pekan lalu, kelompok oposisi pemberontak Al Nusra telah menyatakan sumpah setia kepada kelompok Al Qaidah pimpinan Ayman Al Zawahiri.
Assad juga telah berulang kali menyalahkan pihak-pihak yang bertanggung jawab termasuk lawannya, baik dari dalam maupun luar negeri atas kematian di Suriah. PBB menyebut hampir 70 ribu orang meninggal akibat perang yang telah berlangsung selama dua tahun ini.
Dalam wawancaranya, ia kembali menyindir bahwa ia mengetahui sejak pertama perang terjadi, pasti dipengaruhi oleh pihak asing. Bahkan, ia mengatakan kini musuhnya tak lagi orang Suriah sendiri namun juga orang Arab.
Saat ini pasukannya tak lagi berusaha membebaskan Suriah, namun juga menghadapi teror''Kami menghadapi perang baru dengan teknik yang baru,'' ucap dia. Apalagi kini ada upaya untuk menyerang Suriah dengan pasukan asing. Teknik yang sama digunakan Amerika Serikat ketika menduduki Irak dan Afghanistan.
Selain itu, Suriah mengalami perang Ideologis Dia mengaku tidak mengetahui bagaimana hasil akhirnya. Apakah akan tunduk terhadap negara Barat atau menjadi fundamentalis kolot (ekstremis Islam).
''Kami hanya berpegang kuat terhadap kemerdekaan,''
Namun sendiri tak merinci bagaimana Barat membantu Al Qaidah di Suriah. Padahal sebelumnya Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menyatakan menolak membantu oposisi, karena khawatir Suriah akan jatuh ke tangan ekstremis.