REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekjen PBB, Ban Ki-monn menyerbu krisis di Semenanjung Korea sangat mudah kembali bergolak. Karenanya, PBB mendesak Korea Utara kembali ke meja perundingan.
"Di Semenanjung Korea, situasi tetap sangat mudah bergolak," kata Ban di Markas PBB di New York, AS, seperti dinukil dari Reuters.
Masyarakat internasional, kata Ban, menanggapi dengan tegas tapi terukur terhadap ujicoba nuklir, ancaman dan aksi provokatif Korut. "Perkembangan paling akhir telah memperkuat konsensus internasional bahwa Korut takkan diterima sebagai negara yang bersenjata nuklir. Saya terus mendesak pimpinan DPRK agar mengubah jalur dan kembali ke meja perundingan," kata Ban.
Ban yang juga mantan menteri luar negeri Korsel itu mengaku telah berbicara dengan para pemimpin di Cina, Amerika serikat, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya. "Saya sangat percaya tawaran dialog belum lama ini oleh Korea Selatan itu tulus dan berharap Korea Utara menerimanya dengan serius," imbuh Ban.
Sebagai sekretaris jenderal, Ban mengaku akan melanjutkan upaya guna memfasilitasi dialog antara Korsel dan Korut. Menurutnya, ketegangan di Semenanjung Korea dan sekitarnya masih ada dan tetap ada. Itu sebabnya, kata Ban, penting bagi negara-negara terkait di Semenanjung Korea dan sekitarnya melancarkan semua upaya diplomatik mereka.
Pertama-tama, masih kata Ban, mengurangi ketegangan sehingga tak perlu ada salah perhitungan atau salah penilaian. "Ini sangat penting, jika terjadi salah penilaian dan salah perhitungan, jika ada kerusuhan, maka situasi akan tak terkendali. Itu sebabnya mengapa kami sangat prihatin dan terus berusaha keras dengan semua pemimpin di wilayah tersebut," sebut Ban mengakhiri.