Jumat 19 Apr 2013 05:05 WIB

Scot Marceil: Bom Boston Tak Terkait Agama

Dubes AS untuk Indonesia, Scot Marceil
Foto: antara
Dubes AS untuk Indonesia, Scot Marceil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Scot Marceil mengatakan, insiden peledakan bom di gelaran Boston Marathon, Senin (15/4) lalu tidak terkait masalah agama, namun murni berupa tindakan kriminal.

"Ini tidak ada hubungannya dengan agama, ini lebih ke motif kriminal," ujar Dubes Marceil setelah pertemuan 'Leadership Transformation in Indonesia', di Jakarta, Kamis (18/4) malam.

Pemerintah AS, lanjut Marciel, masih terus melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Sejalan dengan itu, menurutnya, pemerintah AS tidak akan asal mencurigai dan menuduh pihak - pihak yang diduga terlibat kasus ini, sebelum ada bukti yang kuat.

"Pemerintah AS masih terus melakukan penyelidikan, sejauh ini keamanan terus dikondusifkan di berbagai wilayah," ujarnya.

Ia menyebut pernyataan Obama yang tidak akan menyudutkan komunitas apapun sebelum ada bukti kuat yang mengarah ke sana, menjadi acuan dalam melihat kasus ini secara lebih jauh.

Pada Senin (15/4), dua ledakan keras terjadi di acara Boston Marathon yang menewaskan tiga orang dan 100 lebih luka-luka. Tiga korban terdiri dari dua warga AS dan satu warga negara Cina.

Mereka adalah Martin Richard yang baru berusia delapan tahun, seorang manajer restoran asal Massachussets, Krystle Campbell (29) dan Lu Lingzhi (23), mahasiswa matematika dan statistik Universitas Boston. Ketiganya berada di dekat garis finish ketika bom pertama meledak sekitar pukul 14.50 waktu setempat.

Kantor Berita AFP melaporkan para penyelidik Biro Investigasi Federal AS (FBI) sepanjang Rabu hingga Kamis meneliti foto-foto dan rekaman video serta menyatukan kembali sisa-sisa robekan bom dalam upaya untuk membidik para tersangka di balik serangan itu. FBI mengatakan, pihaknya sedang melancarkan perburuan ke "seluruh dunia".

Sementara itu, para pemimpin dunia juga mengutuk keras pelaku peledak bom Boston yang menimbulkan kegetiran di seluruh dunia. Raja Arab Saudi Abdullah, pada Selasa, mengutuk pemboman dan menyebutnya sebagai tindaka teror yang memalukan.

"Kami sedih dengan berita yang kami terima tentang ledakan di Boston dan kematian serta luka-luka yang mereka sebabkan," kata Raja Abdullah.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama, pada Selasa, mengatakan, bom Boston merupakan sebuah aksi teror yang pengecut. "Ini adalah serangan yang mengerikan dan pengecut," kata Obama.

Presiden Obama akan menghadiri upacara keagamaan pada Kamis ini di Boston dan menyampaikan rasa belasungkawanya pada upacara pemakaman.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement