Jumat 19 Apr 2013 10:10 WIB

Bom Boston Bikin Muslim AS Gelisah

Rep: Nur Aini/ Red: Yudha Manggala P Putra
Salah satu dari dua lokasi ledakan di Boylston Street dekat garis finis Maraton Boston 2013 yang digelar Senin (15/4/2013) sedang dinvestigasi dan dijaga oleh polisi.
Foto: AP PHOTO
Salah satu dari dua lokasi ledakan di Boylston Street dekat garis finis Maraton Boston 2013 yang digelar Senin (15/4/2013) sedang dinvestigasi dan dijaga oleh polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penyelidikan untuk mencari pelaku di balik pemboman Boston tengah berlangsung. Namun, Muslim Amerika sudah gelisah sekaligus berharap-harap cemas sejak berita pemboman tersebut muncul. Mereka menjadi pihak yang menunggu pengungkapan identitas pelaku bom Boston. Mengapa?

Seorang warga muslim, Yusuf diperlakukan berbeda setelah pemboman Boston terjadi. Dia terkejut dengan pertanyaan dari teman sekelas. "Apakah itu berarti Yusuf akan meledakkan sekolah," ujar keluarga Yusuf mengulangi pertanyaan teman-teman anak berusia 10 tahun itu.

Cerita itu juga dialami Anum Hussain seorang direktur regional. "Kenyataan yang menyedihkan adalah terlepas dari fakta-fakta yang ada, orang sudah mendapatkan stereotip," ujar Hussain.

Hussain berharap pelaku pemboman bukanlah seorang muslim. "Kami lelang disalahkan atas tindakan satu orang," ujarnya dilansir BBC.

Sentimen tersebut ditujukan banyak orang terutama di kalangan Arab, Afrika, Asia, dan Sikh Amerika. Saat FBI melakukan penyelidikan, komunitas ini takut akan mengalami kekerasan dan pelecehan.

Beberapa warga Muslim melihat sudah ada kemajuan dalam cara mereka diperlakukan. "Orang-orang mulai memahami tidak semua muslim buruk," ujar soerang wanita pada pertemuan Masyarakat Islam di Northeasetern University. Namun, dia menambahkan,  "Meski ada kemajuan dan kenormalan yang dicapai sejak 9/11, itu bisa dipadamkan dalam sekejap jika pelaku  sesuai dengan karikatur teroris," ujar seorang kritikus ras dari UCLA Scool of Law, Khaled Beydoun.

Khaled mengatakan jika seorang teroris merupakan warga kulit putih maka akan dibingkai sebagai penyimpangan individu. "Tapi jika pelakunya adalah seorang Amerika Arab, Muslim atau kulit hitam maka akan menjelekkan suatu komunitas masyarakat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement