REPUBLIKA.CO.ID, Konflik Suriah yang tak berkesudahan memunculkan reaksi masyarakat Internasional. Perang sipil yang telah memakan korban hingga 70 ribu orang ini disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Bencana Kemanusiaan.
Perang sipil ini selain memakan korban puluhan ribu jiwa juga menyebabkan bencana lanjutan. Masyarakat Suriah kehilangan tempat tinggal, bencana kelaparan, pembunuhan, pemerkosaan hingga kota-kota yang hancur menjadi puing. Selain itu sekitar enam juta orang terlantar di dalam negeri dan 1,3 juta jiwa lainnya mengungsi ke negara tetangga.
Kepala Bantuan PBB, Valerie Amos dan Komisaris Utama PBB Penanganan Pengungsi Antonio Guterres mengatakannya di depan Dewan Keamanan PBB. Amos mengatakan ketika membuka Rapat Dewan Keamanan PBB agar 15 anggota yang hadir segera mengambil langkah untuk mengakhiri konflik brutal ini.
Ia menyebut situasi di Suriah adalah bencana kemanusiaan dan jika dibiarkan semua orang akan membayar mahal atas kejadian ini. Padahal masyarakat Suriah banyak yang bertanya kenapa mereka ditinggalkan.
"Saya tak punya jawaban atas pertanyaan itu," kata dia di depan Rapat Dewan PBB seperti dilansir Reuters, Jumat (19/4).
Dewan Keamanan PBB sendiri sudah menemui jalan buntu untuk mengakhiri konflik Suriah ini. Karena Rusia dengan bantuan Cina telah menggunakan hak vetonya untuk menangkal setiap ancaman sanksi bagi pemerintah Assad.
Perang yang awalnya adalah demonstrasi tanpa kekerasan, berubah menjadi pertumpahan darah ketika Presiden Bashar Al-Assad berupaya menumpas mereka.