REPUBLIKA.CO.ID, Piringan hitam punya peluang untuk kembali hidup di dunia musik Indonesia. Masa jaya plat hitam tersebut di Indonesia berakhir di penghujung tahun 70-an seiring banyaknya penggunakan pita kaset.
"Kita tidak pernah bisa menduga kalau siklus itu kembali. Kalau bisa ada rekaman ulang kemudian memakai piringan hitam, itu sudah cukup menarik," kata pengamat musik Bens Leo di Jakarta, Jumat (19/4).
Bens Leo mencontohkan suatu toko CD Irlandia yang pernah dikunjunginya. "Ada piringan hitam yang penjualannya hampir sama dengan CD."
Band asal Bali Superman Is Dead juga mengeluarkan piringan hitam. S.I.D merilis album dalam format vinyl tahun lalu yang berisi delapan lagu terbaik mereka dari tahun 1997-2009.
Menurut Bens, bila piringan hitam hadir kembali, maka akan semakin memperbesar kemungkinan para seniman lainnya berkreasi. Misalnya perancang grafis yang dapat mencurahkan kreativitas untuk membuat sampul album.
Dia menyebut salah satu fenomena yang dipicu oleh sebuah sampul album yaitu Abbey Road. Sampul itu bergambar foto para anggota grup Beatles sedang menyeberangi Abbey Road menjadi fenomenal.
"Kalau ke Inggris belum menyeberangi Abbey Road itu rasanya 'belum ke Inggris'," ujar Bens.