REPUBLIKA.CO.ID, SICHUAN---Luo Hongsheng tanpa bersuara membakar "kertas neraka" buat kakeknya, yang telah tiada dan jasadnya tergeletak di sofa berdebu di sebelahnya di tengah puing akibat gempa.
Pria yang berusia 80 tahun itu, yang sekarang dibalut kain putih, tewas ketika ia dikeluarkan dari rumah putranya yang ambruk beberapa jam setelah gempa mengguncang dan meratakan dengan tanah semua bangunan di Desa Gucheng. Pembakaran "uang neraka" oleh Luo bertujuan untuk membantu kakeknya "memasuki dunia lain", tempat ia tidak harus menderita lagi. Luo mengatakan salah satu pekerjaan sehari-hari kakeknya membawa dia menuju kematian.
"Ia pasti sedang memberi makan ayam," kata Luo, perempuan yang berusia 20 tahun sambil berlinang air mata. "Ia selalu datang ke rumah paman saya untuk melakukan pekerjaan tersebut. Paman saya terlalu sibuk untuk memmberi makan ayam peliharaannya."
Desa Gucheng, dengan warga sebanyak 3.000, adalah salah satu daerah yang paling parah menanggung dampak guncangan gempa dengan kekuatan 7,0 pada Skala Richter, Sabtu pagi. Bencana alam itu telah merenggung tak kurang dari 124 jiwa di Provinsi Sichuan, China Barat-daya. Di sepanjang jalan utama di desa itu, kebanyakan rumah tua yang dibangun dari kayu dan batu telah rusak atau hancur, demikian laporan Xinhua Batu besar dari gunung dapat terlihat di sepanjang jalan tersebut.
Petugas pertolongan dari Kota Ya'an, tempat Desa Gucheng berada, terus membongkar puing untuk menemukan penyintas. "Kami telah mengeluarkan 13 orang dari bawah timbunan puing, termasuk 10 orang yang masih hidup," kata Luo Bin, seorang petinggi desa. "Kami merasa tidak yakin apakah masih ada orang yang tertimbun di bawah puing, tapi pencarian akan berlanjut," kata Luo Bin, hampir tujuh jam setelah gempa mengguncang.
Guncangan pada sekitar pukul 08.00 waktu setempat membangunkan warga desa. Orang-orang yang hanya mengenakan pakaian dalam dan piyama terlihat membongkar-bongkar reruntuhan, untuk mencari tempat berteduh. Setiap gempa susulan mengakibatkan kepanikan dan banyak orang mempercepat langkah mereka. "Potongan kayu dan genteng berjatuhan dari atap rumah saya ketika gempa terjadi," kata Chen Huazhen (40), warga Desa Gucheng, saat mengingat bencana alam itu.
Wanita tersebut mengatakan guncangan sangat keras sehingga ia tak berani keluar rumah sampai kayu dan genteng berhenti berjatuhan. "Itu bahkan lebih parah dibandingkan dengan yang terakhir," katanya. Ia merujuk kepada gempa lebih kuat yang membuat lebih dari 87.000 orang tewas atai hilang lima tahun lalu di Sichuan --yang rentan gempa.