Senin 22 Apr 2013 07:29 WIB

Obama Dituduh Ingkari Janji Perlucutan Senjata

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Heri Ruslan
Presiden Amerika Serikat Barack Obama
Foto: AP/Paul Sancya
Presiden Amerika Serikat Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama dituduh telah mengingkari janjinya untuk melakukan perlucutan senjata sesuai dengan komitmen pidatonya di Praha pada 2009 dulu.

Pada waktu itu, Obama berkomitmen untuk bekerja keras menuju dunia yang bebas dari senjata perang dan nuklir.

Faktanya, Obama berencana untuk menghabiskan 10 miliar dolar AS mulai tahun ini untuk memperbaharui senjata nuklir Amerika yang disimpan di Eropa demi menghasilkan sistem persenjataan lebih handal. Dilansir dari the Guardian, Senin (22/4), lebih dari 200 bom gravitas berjenis B61 Amerika ditimbun di Belgia, Belanda, Jerman, Italia, dan Turki.

Ratusan bom ini akan diberikan sirip ekor baru yang kemudian akan mengubahnya menjadi senjata terpadu yang bisa diaplikasikan ke pesawat tempur siluman F35.

"Ini akan menjadi upgrade signifikan dari kemampuan nuklir AS di Eropa," kata ahli senjata nuklir dari Federation of Nuclear Scientists, Hans Kristensen, seperti dilansir dari the Guardian, Senin (22/4). Ini jelas akan bertentangan dengan janji Obama yang tidak akan menyebarkan senjata baru.

Selain melakukan upgrade pada bom nuklir B61, Amerika juga mengalokasikan satu miliar dolar AS untuk upgrade ekor bom. Program ini akan terus dilakukan hingga 2019 dan 2020.

Kristensen memaparkan jika bom hasil upgrade ini digabungkan dengan pesawat siluman F35, maka itu akan memperluas target ledakan. Bagi banyak orang, ini merupakan masalah besar sebab wilayah sasaran bom ini akan tersebar radioaktif.

B61 yang baru akan menjadi senjata seberat 50 kiloton. Beberapa negara di Eropa, khususnya Jerman berusaha agar Amerika menarik bomnya itu dari Eropa untuk alasan tidak ingin melayani tujuan militer Amerika dan meningkatkan risiko keamanan. Sebab, Jerman tak ingin Eropa juga dimasuki teroris seperti Amerika.

Pada 2009-2010 lalu, Amerika dan Rusia bersepakat untuk mengurangi produksi senjata perangnya. Kedua negara adikuasa ini menandatangani perjanjian yang isinya akan mengurangi setidaknya 1.550 unit senjata hulu ledak dimasing-masing negara.

Obama bahkan diharapkan tengah membuat proposal untuk kembali mengurangi 1.100 unit senjata hulu ledak. Namun, berbaliknya pikiran Obama saat ini disinyalir untuk menginstal sebuah tim keamanan nasional mengingat ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan semakin meningkat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement