Senin 22 Apr 2013 14:38 WIB

Bacaan Alquran untuk Almarhum, Sampaikah? (Bagian-1)

Membaca Alquran
Foto: corbis.com
Membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nashrullah

Mayoritas ulama berpendapat bacaan boleh dan sampai ke almarhum.

Menghadiahkan bacaan Alquran untuk orang yang telah meninggal, apakah pahala bacaan yang telah dialamatkan itu akan sampai ke pihak yang dituju?

Persoalan ini memang cukup mengundang perdebatan di kalangan ulama. Namun, yang pasti ini adalah  masalah khilafiyah (perbedaan) dan tidak termasuk ushul (pokok) agama.

  

Sayangnya, belakangan tema ini menggelinding liar dan dijadikan sebagai sasaran tembak sebagian kalangan untuk membid’ahkan, bahkan mengafirkan mereka yang saling berbeda pendapat.

Semestinya, sikap saling klaim dan menjatuhkan itu bisa dihindari bila kedua belah pihak memahami, lalu menghormati argumentasi masing-masing.

  

Dalam kajian fikih klasik, tema ini pernah mengemuka. Menurut kelompok yang pertama, menghadiahkan bacaan Alquran untuk almarhum diperbolehkan.

Pahala bacaan tersebut pun akan sampai kepada pembaca sekaligus untuk almarhum. Opsi ini dirujuk oleh ulama bermazhab Hanafi, Hanbali, sebagian Mazhab Syafi’i dan ulama Mazhab Maliki belakangan.

  

Berdasarkan argumentasi mereka, antara lain, seperti yang dikemukakan Imam al-Buhuti al-Hanbali, tiap bentuk kebajikan berupa doa, permintaan ampunan, shalat, puasa, haji, bacaan Alquran, dan sebagainya, jika dialamatkan untuk yang sudah meninggal, akan sangat bermanfaat.

Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal sendiri menegaskan, kebajikan apa pun jika ditujukan untuk almarhum akan sampai pahalanya.

  

Pandangan yang sama dirujuk Lembaga Fatwa (Dar al-Ifta) Mesir. Lembaga yang kini dipimpin oleh mufti terpilih, yaitu Syekh Syauqi Ibrahim Abd el-Karim Allam.

Dar al-Ifta berpendapat bacaan yang dihadiahkan untuk sosok yang telah berpulang boleh, termasuk membacanya saat di kuburan. Pahalanya pun akan sampai ke alamat yang dituju.

  

Di kalangan salaf, pendapat ini bisa dirujuk, seperti di al-Qiraah ‘ala al-Qubur, salah satu bagian kitab al-Jami’ karya Abu Bakar al-Khalal al-Hanbali.

Imam al-Qurthubi al-Maliki juga mengupas pandangan ini dalam kitabnya berjudul at-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa  Umur al-Akhirah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement