REPUBLIKA.CO.ID,BOSTON -- Tersangka pelaku bom Boston, dua bersaudara Dzokhar dan Tamerlan Tsarnaev, sempat mengakui melakukan aksi serangan bom kepada pemilik kendaraan yang mereka bajak saat berupaya lari dari kejaran aparat dua hari lalu.
Seperti dikutup BBC, Kepala polisi kota kecil Watertown, yang jadi lokasi pelarian dua bersaudara itu, menyebut pengakuan itu didapat dari kesaksian salah satu pemilik mobil yang jadi korban perampasan Tsarnaev bersaudara.
Tamerlan Tsarnaev akhirnya tewas ditembak polisi dalam pengejaran itu, sementara adiknya yang berusia 19 tahun, Dzokhar, saat ini masih dalam kondisi luka berat dan dirawat dengan pengawalan ketat di rumah sakit.
Menurut penjelasan Gubernur Massachusetts Deval Patrick, kondisi tersangka saat ini stabil namun belum mampu berbicara.
Dzhokhar Tsarnaev mulanya ditemukan seorang warga kota Watertown saat bersembunyi dalam kondisi berdarah akibat luka, pada Jumat (12/4) petang. Pencarian terhadap dua Tsarnaev bersaudara itu menyebabkan kota kecil itu nyaris lumpuh karena semua warga diminta tetap tinggal di rumah agar polisi lebih mudah memburu tersangka.
Luka-luka Tsarnaev dilaporkan makin parah setelah terlibat adu tembak dengan polisi yang mengepungnya sebelum penangkapan. Tim khusus bernama Kelompok Interogasi Tahanan Kelas Tinggi, yang dibentuk dari berbagai lembaga keamanan milik pemerintah AS dengan spesialisasi pada pemeriksaan tersangka teror, menunggu Tsarnaev diinterogasi di Rumah Sakit Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston.
Biro Federal Penyelidik AS FBI sebelumnya pernah mewawawancara Tamerlan Tsarnaev tahun 2011 setelah mendapat permintaan dari sebuah negara asing yang tak disebutkan namanya. Namun pemeriksaan itu tak berlanjut pada tindakan apa pun karena Tamerlan tidak dianggap berbahaya.