REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Harimau Sumatra (Phantera tigris Sumatrae), korban jerat warga di Kecamatan Airpriukan Kabupaten Seluma yang sempat dirawat tim kesehatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, akhirnya mati.
Kepala BKSDA Bengkulu Anggoro Dwi Sujianto kepada wartawan mengatakan harimau betina yang diberi nama Tesa itu ditemukan mati di kandang perawatannya pada Rabu (24/4) sore.
"Penyebab kematiannya belum jelas, tapi memang saat diamankan dari sekitar Desa Talangsebaris, kondisinya terluka parah," katanya kepada wartawan, Kamis.
Dugaan sementara kata dia, kelumpuhan kaki bagian belakang yang dialami harimau itu sejak ditemukan pada akhir Februari 2013.
Ia mengatakan, sejak awal ditemukan, kondisi satwa langka tersebut sangat parah dan kecil kemungkinan dapat pulih.
"Saat kita temukan, kondisinya sudah sekarat dimana salah satu urat kaki belakang terjepit diduga akibat benturan saat kena jerat," tambahnya.
Ketika ditanya tentang kebijakan untuk mengirim harimau itu ke Taman Safari untuk mendapat perawatan intensif, Anggoro menilai kondisi Tesa sudah sedemikian parah dan kecil kemungkinan untuk disembuhkan.
Hal itu kata dia berdasarkan hasil pengamatan dua dokter hewan yang didatangkan langsung beberapa waktu lalu dari Taman Safari.
"Pertimbangkan kami kondisinya sudah benar-benar sekarat, sehingga kami memilih untuk merawat disini saja," lanjutnya.
Berdasarkan pemeriksaan dokter hewan BKSDA Erni Suyanti, dari pengamatan fisik ada kerusakan hati dan benjolan yang menyebabkan harimau tidak mau makan dan membuat kondisinya semakin menurun.
Dengan kondisi demikian petugas medis memberikan suplemen penambah daya tahan tubuh dan obat-obatan untuk menyembuhkan lukanya. Ia menambahkan, beberapa hari sebelumnya, kondisi Tesa sempat membaik yang diketahui dari penambahan berat badan.
"Makanya kami kaget, jika dia akhirnya mati, dan untuk memastikan penyebab kematian kami akan melakukan uji laboratorium," katanya.