Kamis 25 Apr 2013 23:40 WIB

RI-Tunisia Kerja Sama Bidang Pertanian dan Peternakan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Djibril Muhammad
Bendera Tunisia
Bendera Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA — Indonesia dan Tunisia sepakat menjalin kerja sama dalam bidang pertanian dan peternakan. Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan antara Menteri Pertanian RI Suswono dengan Menteri Pertanian Tunisia Mohamed Ben Salem, Rabu (24/4) waktu Tunisia.

Dalam pertemuan tersebut Mohamed Ben Salem, yang didampingi sejumlah staf dan pengusaha palm oil memaparkan peluang kerjasama di bidang pertanian, perikanan, dan kelautan, juga peternakan.

Mohamed Ben Salem mengungkapkan, Tunisia sangat membutuhkan mesin-mesin pencacah untuk mengolah ampas atau sisa pengolahan minyak zaitun menjadi pakan ternak. Ia melihat Indonesia sudah melakukan hal itu dengan mengolah limbah atau bungkil kelapa sawit menjadi pakan ternak.

Mohamed Ben Salem mengatakan, Tunisia perlu belajar dari Indonesia yang dari sisi pengalaman dan pengembangan teknologi pertanian lebih maju dibanding Tunisia. Menanggapi hal itu, Suswono menyatakan akan menindaklanjuti  pertemuan itu dengan kerjasama yang lebih konkrit.

"Kita akan kirim mesin-mesin pengolah limbah sisa pengolahan minyak zaitun menjadi pakan ternak. Juga  mengirim tenaga-tenaga ahli di bidang pertanian ke Tunis," kata Suswono menjelaskan.

Impor CPO

Dalam kesempatan itu Mentan Tunisia mengungkapkan keinginan Tunisia untuk meningkatkan impor CPO dari Indonesia, guna mencukupi konsumsi minyak goreng di dalam negeri. Setiap tahun pemerintah maupun pihak swasta Tunisia mengimpor 180 ribu ton minyak sawit dari Indonesia.

Menurut Mohamed, peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia akan digunakan sebagai susbtitusi minyak kedelai, yang selama ini digunakan oleh kelas menengah di Tunisia sebagai minyak goreng.

Selama ini konsumsi minyak goreng masyarakat Tunisia dibagi dalam tiga kelas. Kelas atas menggunakan minyak zaitun, kelas menengah minyak kedelai, dan kelas bawah memakai minyak sawit.

"Minyak goreng dari sawit lebih murah dibandingkan yang berasal dari kedelai. Karena itu kami berencana mengganti minyak kedelai dengan minyak sawit yang lebih murah," kata Mohamed.

Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan tersebut belum dapat dituangkan dalam perjanjian kerjasama dan ditantadatangani. Hal ini disebabkan koordinasi di antara kementerian di Tunisia belum efektif. Sebab, Ali Layaredh baru dilantik 13 Maret 2013 sebagai PM Tunisia yang baru.

Mentan Tunisia berjanji MoU akan ditandatangani pada Juni atau Juli 2013 saat kunjungan balasan Mentan Tunisia ke Indonesia. Mentan Suswono melakukan 24-25 April 2013 melakukan kunjungan kerja Ke Tunisia. Dalam kunjungannya, selain melakukan pembicaraan dengan Mentan Tunis. Suswono dan rombongan juga mengunjungi sejumlah sentra pertanian di Tunisia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement