Jumat 26 Apr 2013 15:19 WIB

Uje, Kembalilah dengan Senyummu

Kendaraan ambulans membawa jenazah almarhum ustaz Jefry Al Buchori usai dishalatkan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (26/4).   (Republika/Adhi Wicaksono)
Kendaraan ambulans membawa jenazah almarhum ustaz Jefry Al Buchori usai dishalatkan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (26/4). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID Oleh Nashih Nashrullah

Jelang ajal menjemput, engkau pun masih tak segan meminta maaf, lewat pesan berantai di perangkat ponsel pintarmu. Engkau sadar betul, jika permintaan maaf, ada atau tidak ada salah itu teramat sakral. Kutipan itu tersurat tegas dalam  risalah ringkasmu: "Sekali lagi maaf lahir batin. Pasti banyak salahnya." Sekalipun, kalimat itu, kini, terbukti bagi kebanyakan orang menjadi firasat kepergianmu. Tanpa harus engkau menyadarinya. " Mulai hari ini saya nggak lagi pake nomor HP dan bbm ini,"tulismu di pesan pendekmu.

Uje, iktikad maaf yang engkau gulirkan tak sekadar basa-basi. Di hadapan Ka'bah, beberapa tahun yang lalu, engkau bersimpuh dan memohon ampun, atas segala kesalahanmu. Saat narkoba dan dunia keartisan lewat profesi penari bahkan artis di sinetron monumentalmu "Sayap Patah", membuat khawatir kedua orangtuamu, Ustaz H Ismail Modal dan Ustazah Tatu Mulyana, air mata pertobatanmu di Tanah Haram Makkah, mengantarkanmu kembali ke jalan Allah SWT.

Detik itu, ketika sendi-sendimu bergetar dan hatimu terketuk, penyesalanmu telah menjasad dan berbekas. Engkau tahu betul, bahwa Tuhanmu Mahapengampun, ghafur. Sentuhaorin-Nya, membawa kembali ke jati dirimu yang dulu. Pribadi yang dikenal taat dan aktif di pengajian atau di rahis, dan tentunya menghadirkan lagi sosok Uje yang gemar melantunkan Alquran dengan tilawah merdumu, lewat pita suara yang sama, kala engkau menjuarai MTQ tingkat provinsi sewaktu engkau duduk di bangku sekolah dasar.

Uje, sebagian orang memang mengritik bacaan Alquranmu yang terkadang salah, tapi begitulah dakwah. Tak selalu mudah. Jika engkau menyerah di depan kritik positif tersebut, denyut dakwah bisa melemah.  Dengan gaya ceramahmu yang khas, engkau digandrungi semua lapisan. Keramahnmu itu pula yang masih membekas di ingatanku pada sebuah acara amal yang digelar Dompet Dhuafa, dua tahun lalu.

Engkau membalas sapaanku dengan senyummu, lagi-lagi tak ada basa-basi. Senyum ketulusan darimu yang sarat dengan pundi-pundi pahala. Uje, ajal memang tak bersinyal. Tetapi, amalmu akan tetap kekal.

Wahai, jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-Mu dengan senyummu, damai di sisi-Nya penuh dengan keridhaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement