Ahad 28 Apr 2013 08:48 WIB

Tragedi Bangladesh Tewaskan 352 Orang

Tragedi Bangladesh
Foto: AP/Kevin Frayer
Tragedi Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Lebih dari 84 jam setelah tragedi mengerikan, petugas pertolongan Bangladesh, Sabtu (27/4), mengeluarkan 29 orang lagi dalam keadaan hidup dari bawah reruntuhan gedung yang ambruk dan sejauh ini telah menewaskan 352 orang.

Petugas pertolongan, yang selama lebih dari tiga hari setelah bencana itu dengan susah-payah berhasil mencapai lantai dasar bangunan delapan lantai tersebut yang runtuh seperti tumpukan kartu pada Rabu pagi (24/4), menduga banyak orang masih hidup di bawah reruntuhan lantai tiga.

Dalam salah satu tragedi paling buruk sepanjang sejarah Bangladesh sejak 1971, para pejabat mengatakan petugas pertolongan sejauh ini telah mengeluarkan lebih dari 2.500 orang dalam keadaan hidup, termasuk beberapa penyintas yang beruntung pada Sabtu malam. Semua itu terus menghidupkan harapan bahwa lebih banyak nyawa dapat diselamatkan sementara operasi pertolongan terus berlangsung.
"Sebanyak 352 mayat sejauh ini telah dikeluarkan dari gedung yang ambruk," kata Badrul Alam Khan, pejabat polisi di ruang kendali yang didirikan untuk menyedikan keterangan mengenai korban jiwa dalam bencana tersebut, kepada Xinhua, Sabtu malam.
Di antara semua mayat itu, 341 telah diserahkan kepada keluarga mereka, katanya. Petugas pertolongan yang bekerjasama dengan ribuan relawan dan warga lokal yang berada di bawah penyeliaan Divisi Infantri Ke-9 Bangladesh telah bekerja tanpa istirahat sejak Rabu pagi, ketika gedung itu ambruk, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi.
Menurut mereka, banyak tiang dan atap telah ambruk sedemikian rupa sehingga setiap tindakan yang keliru dapat mengakibatkan tragedi baru. Jadi mereka tidak tergesa-gesa sebab mereka percaya banyak orang lagi masih bisa dikeluarkan dalam keadaan hidup dari bangunan yang ambruk tersebut.
"Kami akan bergerak perlahan dan tetap sebab kami ingin ini tetap menjadi penyelamatan dan bukan penemuan kembali," kata seorang relawan.
Mayor Jenderal Chowdhury Hasan Suhrawardi dari Divisi Infantri Ke-9 Angkatan Darat Bangladesh mengatakan kepada wartawan pada Sabtu malam operasi pertolongan takkan dihentikan dalam waktu dekat. Sebabnya ialah petugas pertolongan yang terlibat dalam operasi itu tidak kehilangan harapan akan menemukan penyintas lagi dari bawah reruntuhan bangunan Rana Plaza di Savar, pinggiran Ibu Kota Bangladesh, Dhaka.
Setelah terjadi retakan yang dideteksi cuma sehari sebelum kecelakaan tersebut, para pekerja diungsikan dan pemilik pabrik pakaian mengumumkan cuti pada Selasa (23/4).
Namun tak seorang pun terlalu mempedulikan retakan itu ketika para pejabat pabrik memaksa pekerja kembali ke tempat kerja di gedung tersebut pada hari berikutnya.
Bahkan tiga hari setelah tragedi itu, tidak diketahui berapa banyak tepatnya pekerja yang berada di dalam ketika bangunan tersebut ambruk. Petugas pertolongan menyerahkan daftar 761 orang yang masih belum ditemukan.
Menurut beberapa sumber, hampir semua korban tewas adalah pekerja lima pabrik --Phantom Apparels, Phantom Tac, Ether Tex, New Wave Style dan New Wave Bottoms, yang membuat pakaian buat banyak merek terkenal global.
Gedung tersebut milik seorang pemimpin partai Liga Awami Bangladeh, pimpinan Perdana Menteri Sheikh Hasine Wajeed. Tokoh itu dilaporkan membangun gedung tersebut tanpa izin dari pemerintah terkait. Ia juga memastikan para pemilik pabrik tak ada masalah sekalipun ada retakan.
Enam lantai bangunan yang menjadi tempat lima pabrik pakaian yang, menurut BGMEA, mempekerjakan hampir 3.500 pekerja, kebanyakan perempuan. Selain itu, juga ada satu cabang bank dan ratusan toko di dalam bangunan tersebut.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement