REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia perbankan memprediksi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan mendorong pertumbuhan kredit motor. "Kenaikan harga BBM akan mendorong pertumbuhan kredit motor walaupun tidak signifikan," ujar Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, Ahad (28/4).
David memperkirakan pembiayaan sepeda motor tumbuh antara 5 hingga 10 persen. Hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang meningkat. Ia juga mengatakan kebutuhan akan sepeda motor terus meningkat terutama di luar Pulau Jawa. "Tren pertumbuhan kredit motor akan terus naik," ujarnya.
Namun, saat ini tren kredit motor sedang melambat. Hal itu disebabkan oleh kebijakan loan to value (LTV) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Kebijakan tersebut mengatur minimum uang muka kredit kendaraan bermotor (down payment/DP).
David juga memprediksikan adanya pergeseran dari kepemilikan mobil menjadi kepemilikan motor. Ia memproyeksikan kredit mobil akan melambat sebesar 15 persen. "Karena kenaikan harga BBM yang tidak terlalu besar, yakni hanya 30 persen, pengaruhnya hanya 3 sampai 4 bulan," ujarnya.
Selain karena kenaikan harga BBM yang tidak terlalu besar, David juga optimistis pertumbuhan kredit mobil dapat kembali normal karena tingginya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. "Infrastruktur masih belum dibenahi. Transportasi umum belum nyaman. Masyarakat tidak ada pilihan," ujarnya.
Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, juga mengatakan pengaruh kenaikan BBM terhadap penurunan kredit mobil akan sedikit. "Masyarakat kelas menengah juga menyadari harga BBM Rp 4.500 itu murah. Kenaikan Rp 1.500 tak akan berpengaruh," ujarnya.
Pemerintah berencana untuk menerapkan dua harga BBM bersubsidi. Mobil pribadi membeli premium dengan harga Rp 6.500 per liter, sedangkan sepeda motor dan kendaraan berpelat kuning tetap membeli premium dengan harga Rp 4.500 per liter.