REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina mengumumkan status waspada seluruh negeri menyusul meningkatnya suspect flu burung di negera tersebut. Perdana Menteri Li Keqiang mendesak pejabat kesehatan dan warga ambil bagian mengantisipasi meluasnya varian baru virus flu burung atau H7N9.
''Kita semua membutuhkan kewaspadaan yang tinggi atas virus baru ini,'' kata Keqiang saat mengunjungi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Berbahaya (CDC) seperti dilansir berita resmi Cina, Xin Hua, Ahad (28/4).
Keqiang mendesak pakar penyakit di Cina segera menurunkan angka kematian akibat flu mematikan tersebut. Pemerintah Cina mengumumkan meningkatnya angka korban akibat terinfeksi H7N9.
Xin Hua melaporkan suspect H7N9 merangkak naik menjadi 122 kasus, bertambah 10 pasien sejak Sabtu (27/4). Sedangkan angka kematian menjadi 24 orang setelah tadinya tercatat 23 korban jiwa. Penyebaran virus baru itu juga dikatakan makin meluas.
Sejak terdeteksi Maret lalu, H7N9 terkonsentrasi pada wilayah timur dan selatan Cina. Namun epidemi mulai meluas ke wilayah tengah Cina. Dikabarkan satu pasien baru virus flu burung di berada Provinsi Hunan.
Suspect teridentifikasi seorang wanita 64 tahun dari kota Shaoyang. Perempuan yang tidak disebutkan namanya itu mengalami demam tinggi sejak 14 April lalu. Korban mengalami kontak langsung dengan unggas empat hari sebelum dinyatakan sebagai suspect.
Reuters mengabarkan keberadaan pasien H7N9 di Provinsi Hunan adalah pertama kali. Meluasnya H7N9 juga makin mencemaskan masyarakat di ibu kota Beijing. Pekan lalu, seorang warga Taiwan terpaksa di isolasi setelah mengidap H7N9 pascakunjungannya ke Cina. Kepanikan akan infeksi juga meluas ke negara tetangga.
Otoritas kesehatan di Vietnam, Thailand juga Singapura terpaksa melakukan screaning bagi siapa saja yang tiba dari Cina. Setiap pintu masuk, baik lewas bandara auapun jalur lainnya mendapat perlakuan serupa.