REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menyetujui jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik terhitung Mei 2013.
Sekjen HIPMI sekaligus ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Harry Warganegara mengatakan pihaknya tidak mempermasalahkan jika subsidi BBM dikurangi dan harga BBM naik. Menurutnya, BBM bersubsidi memang lebih banyak dinikmati orang kaya dibandingkan orang yang berhak menerimanya.
"Tapi pemerintah Indonesia harus mengalihkan subsidi BBM itu untuk bidang kesehatan dan pendidikan," kata Harry saat dihubungi Republika di Jakarta, Senin (29/4).
Namun, ia memandang infrastruktur untuk menghadapi kenaikan BBM masih belum siap. Coba saja lihat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerah terpencil di Sulawesi, pasti tidak ada BBM jenis pertamaxnya, ujar Harry.
Menurutnya, pemerintah Indonesia lambat dalam kebijakan energi seperti ini. Harry menegaskan sudah saatnya pemerintah serius terhadap energi terbarukan (renewable energy) dan tidak menggantungkan pada BBM.
"Energi geotermal, hydro Indonesia sangat berpotensi menjadi bahan bakar alternatif pengganti BBM. Apalagi Indonesia adalah salah satu produsen geotermal terbesar di dunia," kata Harry.